Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Apa Tur di Zona Demiliterisasi Korea?

Kompas.com - 23/07/2023, 11:45 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

PYONGYANG, KOMPAS.com - Kawasan ini adalah salah satu daerah yang paling dijaga ketat di dunia, tanah tak bertuan warisan Perang Dingin. Tapi, area ini juga menjadi magnet bagi wisatawan sebelum pandemi Covid.

Dari Gyeonggi-do di barat hingga Gangwon-do di timur, Zona Demiliterisasi (DMZ) sepanjang 258 km membagi Semenanjung Korea menjadi dua.

Di Desa Panmunjom, tempat lempengan beton yang menandakan pemisahan kedua Korea, kelompok-kelompok turis biasa berkerumun setiap hari. Mereka masih datang, tetapi sekarang dalam kelompok yang lebih kecil.

Baca juga: Tentara AS Kabur ke Korea Utara: Siapa Dia dan Bagaimana Caranya Lolos?

Pada Selasa (18/7/2023), Travis King, seorang prajurit Amerika Serikat yang akan dipulangkan karena pelanggaran disiplin, bergabung dengan sebuah grup wisata asal Korea Selatan dan menyeberangi DMZ ke Korea Utara.

Masih belum jelas apakah pria itu membelot atau berharap untuk kembali, tetapi militer AS telah mengonfirmasi dia menyeberang "dengan sengaja dan tanpa izin". Dia mungkin ditahan, menurut militer AS.

"Ketika Anda ikut tur itu, Anda akan menyadari bahwa itu hanya beberapa inci, perbatasan kecil, dan Anda dapat dengan mudah masuk ke Korea Utara seperti yang dilakukan Presiden Trump pada 2019", kata Jean H Lee, mantan kepala biro Korea untuk kantor berita Associated Press, yang telah memasuki DMZ puluhan kali baik dari Korsel maupun Korut.

"Jadi, jika Anda pernah ke sana, Anda juga menyadari betapa menggiurkannya itu".

Namun kenyataannya, papar Lee, tur DMZ beroperasi dengan aturan yang sangat ketat.

Pengunjung dapat mengambil foto, tetapi mereka harus berjalan dan berdiri di tempat yang diinstruksikan, serta tidak boleh melambaikan tangan atau melakukan gerakan yang tidak diinginkan lainnya.

Jean H Lee duduk di dalam bunker di DMZ sisi Korea Selatan.JEAN H LEE via BBC INDONESIA Jean H Lee duduk di dalam bunker di DMZ sisi Korea Selatan.
Mereka dapat secara sah melintasi garis demarkasi DMZ, tetapi hanya ketika berada di dalam gubuk Komisi Gencatan Senjata Militer beratap biru, tempat gencatan senjata 1953 dinegosiasikan.

Sebelum pandemi, tur berlangsung di bawah pengawasan ketat militer. Di satu sisi tentara Korea Selatan dalam posisi kuda-kuda taekwondo--kaki lebar, lengan siap--sedangkan di sisi lain tentara Korea Utara mengawasi, serta Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNC) secara aktif berpatroli di daerah tersebut.

Saat ini tentara Korea Utara tidak lagi terlihat di perbatasan, sehingga tentara Korea Selatan tidak lagi melakukan patroli. Karena itu, tidak ada tentara yang terlihat di kedua sisi. Sekarang ini tur mendapat pengawalan UNC.

Ketegangan di DMZ terlihat jelas pada November 2017, ketika seorang serdadu Korea Utara ditembak beberapa kali oleh militernya sendiri saat ia membelot ke pihak Korea Selatan.

Tindakan Prajurit Travis mengemuka hampir satu minggu sebelum peringatan 70 tahun gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran dalam konflik 1950-1953.

Berada di DMZ "membuat Anda menyadari bahwa meskipun Korea Utara sangat jauh dari kita secara psikologis, ekonomi, politik, ideologis… secara fisik mereka ada di sana", kata Lee, seorang warga Korea-Amerika dari Minneapolis.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com