Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Tewas Gempa Turkiye-Suriah Capai 20.000 Jiwa, Harapan Pencarian Memudar

Kompas.com - 10/02/2023, 07:15 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber BBC

ANKARA, KOMPAS.com – Korban tewas gempa Turkiye dan Suriah dikonfirmasi melonjak menjadi lebih dari 20.000 jiwa pada Kamis (9/2/2023).

Otoritas manajemen bencana dan darurat Turkiye mengatakan, jumlah korban tewas di negara itu sudah mencapai 17.134 jiwa.

Sedangkan di Suriah, setidaknya 3.162 orang diketahui tewas, akibat gempa dahsyat yang terjadi pada Senin (6/2/2023), sebagaimana dilansir BBC.

Baca juga: UPDATE Gempa Turkiye: Korban Tewas 19.300 Jiwa, Prediksi Bisa Lampaui 45.000

Tim penyelamat di Turkiye dan Suriah masih terus melanjutkan kerja keras mencari dan mengevakuasi korban selamat yang terjebak puing-puing.

Akan tetapi, saat pencarian telah memasuki hari keempat, harapan mulai memudar.

Konvoi bantuan pertama untuk Suriah barat laut yang dikuasai oposisi akhirnya berhasil menyeberang ke wilayah itu dari Turkiye.

Pengiriman bantuan ke Suriah sempat macet selama berhari-hari karena kerusakan jalan dan masalah logistik.

Baca juga: Gempa Turkiye: Masyarakat Marah Gedung-gedung Runtuh, Dibangun Tidak Sesuai Standar

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres membenarkan bahwa enam truk yang membawa bantuan lainnya telah tiba di Suriah. Namun, dia memperingatkan perlu lebih banyak bantuan.

Di satu sisi, para korban selamat masih menghadapi situasi yang mengancam jiwa di tengah hawa musim dingin yang menusuk tulang.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bencana baru bisa dihadapi para penyintas gempa Turkiye dan Suriah.

“Ini adalah bencana kedua yang akan terjadi kecuali kita bertindak sangat, sangat cepat, yang berarti tempat berlindung, makanan, air, dan obat-obatan karena cuaca sangat dingin,” kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans Kluge, kepada BBC.

Baca juga: Berapa Lama Korban Terjebak Puing Gempa Dapat Bertahan Hidup?

Dia mengatakan, sebagian besar masyarakat di Suriah yang sebelumnya sudah dilanda perang saudara sangat bergantung pada tempat penampungan air. Fasilitas ini merupakan yang pertama jatuh akibat gempa.

Kluge mengatakan, penampungan air perlu segera diganti, karena negara itu menghadapi wabah kolera yang menjadi masalah bahkan sebelum gempa.

Sebelumnya, WHO mengatakan organisasi kemanusiaan di wilayah tersebut kini menghadapi tantangan untuk memastikan mereka yang selamat dari gempa bumi dapat terus bertahan di tengah kondisi yang mengerikan.

Manajer tanggap insiden WHO mengatakan ribuan orang masih tinggal di tempat terbuka dalam kondisi yang memburuk.

Baca juga: Penjelasan Mengapa Turkiye Rawan Gempa dan Bagaimana Mengatasinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com