Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh Balon Mata-mata China Terbang di Langit AS, Ini Sejarah Penggunaan dan Kelebihannya

Kompas.com - 03/02/2023, 12:15 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP,Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Sejumlah pejabat AS mengatakan pada Kamis (2/2/2023) bahwa balon mata-mata China telah terbang di langit “Negeri Paman Sam” selama beberapa hari.

Atas permintaan permintaan Presiden AS Joe Biden, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan pejabat tinggi militer sempat mempertimbangkan untuk menembak jatuh balon tersebut.

Akan tetapi, keputusan itu urung dilakukan karena dianggap akan membahayakan terlalu banyak orang di daratan, sebagaimana dilansir AFP.

Baca juga: Balon Mata-mata China Terlacak Terbang di Langit AS, Pentagon Pertimbangkan Tembak

Seorang pejabat Kementerian Pertahanan AS mengatakan, balon tersebut terbang di atas wilayah barat laut AS yang terdapat pangkalan udara sensitif dan rudal strategis.

“Jelas, maksud dari balon ini adalah untuk pengawasan, dan jalur penerbangan saat ini membawanya ke sejumlah situs sensitif,” kata pejabat tersebut yang enggan disebut namanya.

Namun, Kementerian Pertahanan AS yang berkantor di Pentagon tidak yakin itu merupakan ancaman intelijen yang sangat berbahaya.

Baca juga: Bocah Ini Kehilangan Balon Ulang Tahunnya yang Terbang Sejauh 500 Mil, Tak Disangka Dikembalikan Beserta Hadiah dan Uang

Sejarah penggunaan balon

Reuters melaporkan, penggunaan balon untuk melakukan mata-mata dan misi militer lainnya adalah praktik lama yang sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun lalu.

Selama Perang Dunia II, militer Jepang mencoba mengirim bom pembakar ke wilayah AS menggunakan balon yang dirancang untuk terbang dalam aliran udara jet stream.

Serangan tersebut tidak berhasil. Tak ada fasilitas militer yang rusak. Namun, beberapa warga sipil tewas ketika salah satu balon jatuh di hutan Oregon.

Tepat setelah Perang Dunia II, militer AS mulai mengeksplorasi penggunaan balon mata-mata di ketinggian, yang menghasilkan serangkaian misi skala besar yang disebut Proyek Genetrix.

Proyek tersebut menerbangkan balon fotografi di atas wilayah blok Uni Soviet pada 1950-an, menurut dokumen pemerintah.

Baca juga: Turis Tewas dan Terluka dalam Kecelakaan Balon Udara di Cappadocia Turkiye

Operasional balon

Balon tersebut biasanya beroperasi pada ketinggian 24.000 meter hingga 37.000 meter, jauh di atas jalur lalu lintas udara pesawat komersial yang hampir tidak pernah terbang lebih tinggi dari 12.000 meter.

Pesawat tempur dengan performa tertinggi pun biasanya tidak beroperasi di atas 19.000 meter. Meski demikian, pesawat mata-mata seperti U-2 dapat terbang pada ketinggian 24.000 meter atau lebih.

Balon memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan satelit untuk melakukan misi mata-mata, contohnya kemampuan untuk memindai petak wilayah yang luas dari jarak yang lebih dekat.

Baca juga: Pria Ini Terbang Terbawa Angin hingga 300 Kilometer saat Petik Kacang dengan Balon Hidrogen

Kelebihan lain dari balon adalah dapat menghabiskan lebih banyak waktu di area target, menurut laporan Sekolah Staf dan Komando Udara Angkatan Udara AS pada 2009.

Tidak seperti satelit, yang membutuhkan peluncur luar angkasa yang menelan biaya ratusan juta dollar AS, balon dapat diterbangkan dengan biaya yang murah.

Akan tetapi, balon tidak bisa dikemudikan secara langsung. Balon hanya dapat dipandu secara kasar ke area target dengan mengubah ketinggian untuk memanfaatkan aliran udara yang berbeda.

Dalam beberapa tahun terakhir, militer AS telah melacak beberapa balon mata-mata, termasuk sebelum pemerintahan Biden.

Baca juga: Terjebak di Balon Hidrogen 2 Hari dan Terbang 320 Km, Pria Ini Berhasil Selamat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com