Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taiwan: China Pelajari Pengalaman Perang Ukraina untuk Diterapkan di Taiwan

Kompas.com - 12/10/2022, 19:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

TAIPEI, KOMPAS.com – China mencari pengalaman dalam perang di Ukraina untuk mengembangkan peperangan hibrida yang strategis untuk diterapkan di Taiwan, termasuk menggunakan drone dan tekanan psikologis.

Hal tersebut disampaikan Direktur Biro Strategi Nasional Taiwan Jenderal Chen Ming-tong kepada para parlemen negara tersebut, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (12/10/2022).

Dia menambahkan, Taiwan dengan sangat berhati-hati mempelajari pelajaran dari perang di Ukraina untuk merumuskan reaksi apa yang akan diambil atas langkah China.

Baca juga: Semakin Banyak Warga Taiwan Tidak Merasa sebagai Orang China

Sebelumnya, China menggelar latihan militer skala besar di sekitar Taiwan pada Agustus sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi.

Beberapa waktu setelah latihan militer tersebut, China tetap menggelar latihan militer namun dengan skala yang lebih kecil.

Chen menuturkan kepada parlemen bahwa China sedang memperhatikan apa yang terjadi di Ukraina.

“Tahun ini, militer komunis meminjam pengalaman dalam perang Rusia-Ukraina untuk mengembangkan medan perang hibrida melawan Taiwan,” kata Chen.

Baca juga: Setelah Rusia-Ukraina, Elon Musk Usulkan Rencana Penyelesaian Ketegangan China-Taiwan

“Dan menguatkan latihan tempur serta persiapan melawan musuh-musuh yang kuat,” lanjut Chen.

Dia menambahkan, setelah menggelar latihan, China meluaskan “zona abu-abu” dan aktivitas hibrida melawan Taiwan.

Aksi yang diambil seperti penggunaan drone yang terbang dekat pulau-pulau yang dikontrol Taiwan maupun zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan.

Taiwan menuturkan, kampanye perang “zona abu-abu” China melibatkan taktik yang ireguler untuk melemahkan musuh tanpa menggunakan pertempuran terbuka.

Baca juga: Jaga-jaga Perang dengan China, Taiwan Sudah Siapkan Persediaan Makanan

Chen menuturkan, kegiatan tersebut menyoroti perang kognitif, zona abu-abu, dan metode hibrida lainnya dari China.

“Yang telah membentuk bentuk baru ancaman terhadap keamanan nasional,” tutur Chen.

Sementara itu, Taiwan perlu memperkuat pertahanannya dan memodernkan alutsistanya dalam menghadapi peningkatan aktivitas China.

Komandan Angkatan Laut Taiwan Chiang Cheng-kuo mengatakan, modernisasi yang dibutuhkan termasuk kapal perusak generasi baru mengingat 26 armada kapal perang utama Taiwan rata-rata berusia antara 20 hingga 30 tahun.

Chen mengatakan, ancaman militer China telah menyatukan dukungan dari AS dan sekutunya untuk Taiwan, memastikan apa yang terjadi di Ukraina tidak akan terulang di Selat Taiwan.

Baca juga: Taiwan Segera Hapus Kewajiban Karantina, Sambut Turis Kembali

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com