Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semakin Banyak Warga Taiwan Tidak Merasa sebagai "Orang China"

Kompas.com - 11/10/2022, 10:07 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

TAIPEI, KOMPAS.com - Setiap tanggal 10 Oktober Taiwan memperingati "Double Ten", hari nasional pulau otonom tersebut.

Hari raya itu terasa sangat signifikan pada tahun ini, saat ketegangan dengan Beijing, yang mengeklaim Taiwan sebagai wilayahnya, sedang pada level tertinggi; dan pemimpin China Xi Jinping, yang sangat vokal tentang "re-unifikasi", dipastikan akan mendapatkan periode jabatan ketiga pada pertemuan bersejarah Partai Komunis pekan depan.

Ironisnya, 10 Oktober tidak ada hubungannya dengan Taiwan atau momen apa pun dalam sejarahnya.

Baca juga: Kenapa China dan Taiwan Bermusuhan?

Bahkan, ini menandai hari pada tahun 1911, ketika pemberontakan dimulai di Wuchang, China tengah yang akhirnya menyebabkan runtuhnya dinasti kekaisaran terakhir--dan pembentukan Republik China.

Jadi mengapa Taiwan merayakan hari itu? Karena nama resmi pulau itu masih Republik China di Taiwan. Bendera yang berkibar di Taipei saat ini masih bergambar bintang putih dengan latar belakang biru dan merah.

Ini adalah warisan unik dari perang saudara China. Pada tahun 1949 rezim nasionalis Chiang Kai-shek yang kalah melarikan diri melintasi selat Taiwan ke Taipei.

Selama beberapa dekade Chiang memimpin Taiwan dengan tangan besi, sambil terus menyatakan rezimnya sebagai "pemerintah demokratis sejati China Merdeka".

Hari ini, semua itu tampaknya agak absurd--dan memang demikian bagi banyak orang Taiwan, terutama generasi muda.

Hanny Hsian, seorang pramugari berusia 38 tahun yang tinggal di Taipei bersama suaminya, seorang warga Amerika, serta dua anaknya, melambangkan perubahan itu.

"Kakek-nenek saya berasal dari China dan mereka masih patriot China," kata Hanny. "Tapi bagi saya, saya lahir dan besar di Taiwan, saya tidak ragu bahwa saya orang Taiwan. China bukanlah Tanah Air kami.

"China tidak pernah memiliki Taiwan. Beberapa orang melarikan diri dari China ke Taiwan. Tapi itu tidak berarti mereka memiliki pulau ini."

Hanny tidak sendiri. Beberapa jajak pendapat tahun ini menunjukkan bahwa 70 persen hingga 80 persen orang di sini sekarang menganggap diri mereka sebagai "orang Taiwan".

Itu peningkatan yang signifikan dari satu dekade yang lalu, ketika sekitar setengah populasi masih mengatakan mereka adalah "orang China".

Baca juga:

Tren ini tidak luput dari perhatian di Beijing. Dan Beijing pun membalas.

Sejak Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan pada bulan Agustus lalu, ada banyak pembicaraan tentang berapa lama sampai China menginvasi Taiwan. Yang kurang dibicarakan ialah tekanan ekonomi yang sudah dilakukan Beijing.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com