Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Anti-PBB Pecah di Kongo, 15 orang Tewas

Kompas.com - 27/07/2022, 07:50 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP,Reuters

GOMA, KOMPAS.com – Protes anti-PBB yang pecah di timur Republik Demokratik Kongo pada Selasa (26/7/2022) menimbulkan korban jiwa.

Tiga penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sedikitnya 12 warga sipil dilaporkan tewas dalam protes tersebut.

Protes dipicu oleh keluhan bahwa misi PBB yang dikenal sebagai MONUSCO telah gagal melindungi warga sipil dari kekerasan milisi yang telah berkecamuk selama bertahun-tahun.

Baca juga: Presiden Kenya Desak Pengerahan Pasukan Regional untuk Atasi Pemberontak M23 di RD Kongo

Demonstrasi dimulai pada Senin (25/7/2022) di Kota Goma dan menyebar pada Selasa ke Butembo.

Di Butembo itu, seorang tentara PBB dan dua polisi PBB dengan misi tersebut ditembak mati.

Hal tersebut dikatakan oleh Wakil juru bicara PBB Farhan Haq kepada wartawan di New York.

Di kedua kota tersebut, pasukan penjaga perdamaian PBB dituduh melakukan pembalasan dengan kekerasan ketika ratusan pengunjuk rasa melemparkan batu dan bom molotov, merusak serta membakar gedung-gedung PBB.

Seorang wartawan Reuters melihat penjaga perdamaian PBB menembak mati dua pengunjuk rasa di Goma, di mana juru bicara pemerintah Patrick Muyaya mengatakan sedikitnya lima orang tewas dan 50 terluka.

Menurut kepala polisi Kota Butembo Paul Ngoma, di Butembo setidaknya tujuh warga sipil tewas dan jumlah yang tidak diketahui terluka.

Misi penjaga perdamaian PBB telah dilanda tuduhan pelecehan selama bertahun-tahun.

"Jelas jika ada tanggung jawab pasukan PBB atas cedera, atau kematian, kami akan menindaklanjutinya," kata Haq.

Baca juga: Belgia Sampaikan Penyesalan Mendalam atas Kolonialisme Brutal di Kongo

Dia menuturkan, pasukan PBB telah disarankan untuk menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa dan hanya menembakkan tembakan peringatan jika diperlukan.

Bentrokan kembali antara pasukan lokal dan kelompok pemberontak M23 di Kongo timur dalam beberapa bulan terakhir telah membuat ribuan orang mengungsi.

Serangan oleh gerilyawan yang terkait dengan Negara Islam juga terus berlanjut meskipun keadaan darurat selama setahun dan operasi gabungan melawan mereka oleh tentara Kongo dan Uganda.

"Kami telah melakukan yang terbaik, tidak hanya selama bertahun-tahun, tetapi benar-benar selama beberapa dekade untuk mencoba membawa stabilitas ke Kongo Timur," kata Haq.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com