SAN SALVADOR, KOMPAS.com - Presiden El Salvador Nayib Bukel pada Senin (4/4/2022), mengatakan lebih dari 6.000 anggota geng telah ditahan dalam sembilan hari pertama pemberlakuan keadaan darurat di El Salvador.
Keadaan darurat diberlakukan di El Salvador untuk merespons gelombang pembunuhan penduduk yang melonjak.
Negara Amerika Tengah itu mengumumkan langkah-langkah darurat -memungkinkan penangkapan anggota geng tanpa surat perintah- pada pekan lalu setelah ditemukan 87 laporan pembunuhan dari 25 hingga 27 Maret.
Baca juga: El Salvador Umumkan Keadaan Darurat Setelah 62 Orang Lebih Tewas Terkait Aksi Geng
Kemarin, Presiden El Salvador mengatakan 6.000 anggota geng telah ditahan dalam waktu kurang dari seminggu.
Penangkapan ini akan memperbanyak jumlah anggota geng yang dipenjara di El Salvador.
Negara itu mencatat sudah ada 16.000 anggota geng yang kini menempati penjara-penjara.
Berbicara di barak polisi di ibu kota San Salvador, Bukele menyampaikan keprihatinan publik tentang geng yang membalas dendam pada penduduk karena operasi penangkapan besar-besaran.
“Jika mereka melakukan tindakan balas dendam, tidak akan ada satu kali makan pun di penjara," kata presiden, dilansir dari AFP.
"Saya bersumpah demi Tuhan bahwa mereka tidak akan makan satu butir nasi pun, dan kita akan melihat berapa lama mereka bertahan, dan saya tidak peduli apa yang dikatakan organisasi internasional," tambahnya.
Baca juga: 62 Orang Tewas Akibat Konflik Geng, El Salvador Berlakukan Status Darurat Nasional
Selain penangkapan tanpa surat perintah, tindakan darurat -yang berlangsung selama satu bulan- di El Salvador juga akan membatasi kebebasan berkumpul, sementara panggilan telepon dan email dapat disadap tanpa perintah pengadilan.
Pemberlakuan kekuasaan yang begitu luas dan cepat yang diberikan kepada militer dan polisi telah menimbulkan kekhawatiran dari organisasi-organisasi hak asasi manusia lokal dan internasional.
Bukele menambahkan bahwa dia telah memerintahkan pembangunan penjara dengan keamanan maksimum dengan kapasitas 20.000 narapidana.
"Hanya ada dua cara: penjara atau kematian," katanya.
Presiden berusia 40 tahun yang terpilih pada 2019 itu mendapat dukungan luas di El Salvador atas janjinya untuk memerangi kejahatan terorganisir dan meningkatkan keamanan di negara yang dilanda kekerasan itu.
Pekan lalu, parlemen yang dikuasai partai berkuasa mereformasi hukum pidana untuk meningkatkan hukuman maksimum bagi anggota geng dari sembilan menjadi 45 tahun penjara.
Baca juga: Wanita El Salvador yang Dipenjara 30 Tahun karena Aborsi, Dibebaskan Setelah 10 Tahun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.