Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Agresif Taliban Bisa Berujung Perang Saudara di Afghanistan

Kompas.com - 10/08/2021, 07:08 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

KABUL, KOMPAS.com - Ryan Crocker mantan duta besar Amerika Serikat (AS) untuk Afghanistan memprediksi, serangan agresif Taliban dapat berujung perang saudara berkepanjangan.

Pada Minggu (8/8/2021) Crocker berkata, perang saudara berkepanjangan lebih mungkin terjadi daripada pengambilalihan cepat oleh Taliban, saat penarikan penuh pasukan AS semakin dekat.

Hingga Senin (9/8/2021) Taliban telah merebut enam ibu kota provinsi sejak Jumat (6/8/2021) dalam serangan kilat, hampir sebulan sebelum peringatan 20 tahun tragedi 9/11 yang memicu invasi pimpinan Amerika.

Baca juga: Semakin Merajalela, Taliban Rebut Ibu Kota Provinsi Keenam di Afghanistan

"Perang saudara yang berkepanjangan adalah hasil yang lebih mungkin terjadi daripada pengambilalihan cepat oleh Taliban di seluruh negeri."

"Mereka sangat pintar dalam hal ini. Mereka tidak meluncurkan serangan besar ke Kabul," jelas Ryan Crocker kepada program This Week di ABC yang dikutip AFP.

Kunduz, Sar-e-Pul, dan Taloqan di utara jatuh dalam beberapa jam pada Minggu, menurut konfirmasi anggota parlemen, sumber keamanan, dan penduduk setempat.

Kunduz adalah pendudukan Taliban yang paling signifikan sejak kelompok milisi itu melancarkan serangan pada Mei, ketika pasukan asing memulai tahap akhir penarikan mereka.

Kota itu adalah target abadi bagi Taliban, yang secara singkat pernah menguasainya pada 2015 dan 2016, tetapi tidak pernah bisa menahannya lama.

Baca juga: Hanya dalam Waktu 3 Hari, Taliban Sudah Kuasai 4 Ibu Kota Provinsi di Afghanistan

"Mereka melakukan apa yang mereka lakukan untuk menciptakan suasana ketakutan dan kepanikan. Mereka berhasil dengan luar biasa," tambah Crocker, merujuk pada Taliban.

Penarikan pasukan asing akan selesai pada akhir bulan ini dan Crocker berkata, dia tidak merasa Amerika Serikat akan mengirim pasukannya kembali.

"Presiden (Joe) Biden sudah menjelaskannya. Kami akan keluar dan tinggal di luar," tambah diplomat itu.

"Dia pemiliknya. Itu sudah menjadi noda yang tak terhapuskan pada kepresidenannya."

Baca juga: Diduga Diam-diam Bantu Taliban, Ini Imbalan yang Diminta China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com