Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duterte Larang Menteri Filipina Bahas Laut China Selatan di Depan Umum

Kompas.com - 18/05/2021, 21:58 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

MANILA, KOMPAS.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte melarang para menterinya membicarakan Laut China Selatan di depan umum.

Larangan itu dikeluarkan setelah dua menteri terlibat perang kata-kata dengan China.

Ketegangan antara Manila dan Beijing atas Laut China Selatan yang hampir seluruhnya diklaim oleh China, berkobar pada Maret setelah ratusan kapal "Negeri Panda" terlihat di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Filipina.

Baca juga: Sumpah Serapah Menlu Filipina ke China atas Sengketa Laut China Selatan

Duterte enggan menghadapi China atas masalah ini, tetapi menteri luar negeri dan menteri pertahanan berulang kali mengkritik Beijing, yang menolak menarik kapal dari Laut China Selatan.

Awal bulan ini Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin menulis di Twitter, berupa sumpah serapah agar kapal-kapal China meninggalkan perairan itu.

Pengecaman online-nya memicu teguran dari Beijing dan Locsin kemudian meminta maaf.

Baca juga: Disemprot Sumpah Serapah di Medsos, China Minta Menlu Filipina Jaga Etika

"Ini perintah saya sekarang kepada kabibet... untuk menahan diri (dari) membahas (masalah) Laut Filipina Barat ini dengan... siapa pun," kata Duterte dikutip dari AFP dalam rekaman pidato Senin malam (17/5/2021), menggunakan nama lokal untuk Laut China Selatan.

"Kalau kami harus berbicara, kami berbicara di antara kami saja," lanjut Duterte kepada beberapa anggota kabinet, termasuk Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana yang sebelumnya menggambarkan kehadiran kapal-kapal China itu sebagai serangan.

Hanya juru bicara kepresidenan Harry Roque yang diizinkan membahas masalah ini di depan umum, tambah Duterte.

China mengabaikan keputusan pengadilan internasional tahun 2016, yang menyatakan klaim historisnya atas sebagian besar Laut China Selatan adalah tidak berdasar.

Duterte juga mengesampingkan putusan itu dengan imbalan janji perdagangan serta investasi dari China, yang menurut para kritikus sebagian besar belum terwujud.

Baca juga: Bayi di Filipina Diberi Nama Ghlynnyl Hylhyr Yzzyghyl, Ini Alasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com