Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Iran Gembira Melihat Donald Trump Lengser

Kompas.com - 18/12/2020, 09:53 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Aljazeera

TEHERAN, KOMPAS.com – Meski Iran tidak sedang jika Joe Biden terpilih menjadi Presiden AS, namun negara tersebut sangat senang melihat Donald Trump lengser.

Pernyataan itu disampaikan oleh Presiden Iran Hassan Rouhani ketika berbicara dalam pertemuan kabinet yang disiarkan oleh televisi pemerintah pada Rabu (16/12/2020).

Dilansir dari Aljazeera, Rouhani menyebut Trump sebagai orang jahat dan orang yang paling bersalah di AS.

Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran: Lengsernya Trump Bukan Akhir Permusuhan dari AS

"Kami tidak terlalu senang dengan kedatangan Biden, tapi kami sangat senang dengan kepergian Trump," kata Rouhani.

Rouhani menambahkan, Trump adalah orang yang begitu banyak melakukan kejahatan, seorang teroris, dan seorang pembunuh.

“Ini adalah (bukti) bahwa betapa orang ini kehilangan semua prinsip etika dan kemanusiaan,” tutur Rouhani.

Baca juga: [KALEIDOSKOP 2020] Konflik Iran-AS Kian Memanas, Kapan Akan Berakhir?


Iran sendiri tengah menghadapi pandemi virus corona dan menjadi negara terbesar dan paling mematikan di kawasan Timur Tengah.

Rouhani juga menyatakan bahwa pemerintahan Trump telah secara aktif mencoba memblokir upayanya untuk membeli vaksin melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Iran telah berada di bawah sanksi ekonomi yang keras oleh AS sejak 2018 ketika Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dari kekuatan dunia.

Baca juga: Iran Klaim Eksekusi Mati Jurnalis Ruhollah Zam Sah Sesuai Hukum

Di sisi lain, Biden berjanji untuk kembali mengikutsertakan AS lagi dalam kesepakatan nuklir Iran tersebut dan mencabut sanksinya jika Iran mematuhi persyaratan dalam kesepakatan itu.

Kendati demikian, Biden juga mengatakan masih memerlukan negosiasi untuk mengatasi program rudal Iran dan kegiatan regional, sesuatu yang ditolak Iran.

Media-media asing melaporkan bahwa kondisi Iran saat ini berbeda daripada pada 2015 karena Teheran di bawah tekanan yang cukup besar.

Baca juga: Dijebak Masuk Iran, Aktivis Ini Dieksekusi dengan Cara Digantung

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com