Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Resmi Perpanjang Darurat Nasional sampai 31 Mei, tapi Bisa Lebih Singkat

Kompas.com - 05/05/2020, 15:51 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

TOKYO, KOMPAS.com - Senin (4/5/2020) Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe resmi memperpanjang keadaan darurat nasional virus corona hingga 31 Mei.

Dalam pernyataannya, Abe sekaligus memperingatkan terlalu dini untuk melonggarkan pembatasan yang diterapkan sekarang, guna mencegah penyebaran Covid-19.

Namun Abe mengatakan, dalam 2 minggu ke depan akan dilakukan peninjauan dan kondisi darurat nasional virus corona bisa dicabut sebelum akhir bulan, jika kasus baru telah melambat.

Baca juga: Jepang Siap Perpanjang Darurat Nasional Virus Corona hingga 31 Mei

PM yang menjabat sejak 2012 itu juga menyiratkan tidak akan ada perpanjangan lebih lanjut dari keadaan darurat, dengan mengatakan pada Mei Jepang akan "mendorongnya ke pintu keluar."

"Saya harus berterus terang dan meminta Anda untuk melanjutkannya selama beberapa waktu," kata Abe pada konferensi pers setelah mengumumkan perpanjangan.

"Pada titik ini, penurunan jumlah kasus orang yang terinfeksi masih belum pada tingkat yang memadai," lanjutnya dikutip dari AFP Senin (4/5/2020).

Baca juga: Jepang Akan Perpanjang Darurat Nasional Virus Corona 1 Bulan

Abe awalnya mendeklarasikan keadaan Jepang darurat nasional virus corona selama sebulan, yang meliputi Tokyo serta 6 wilayah lainnya mulai 7 April. Ia lalu memperluasnya ke seluruh negara.

Periode pertamanya berakhir pada 6 Mei, dan Abe mengatakan upaya ini telah mengurangi kasus baru dari sekitar 700 per hari menjadi sepertiganya.

Namun ia memperingatkan, jumlah kasus baru masih lebih banyak daripada sekitar 100 pasien Covid-19 di Jepang yang dipulangkan dari rumah sakit setiap hari.

Baca juga: Berjamur dan Ada Serangga, Ibu Hamil Jepang Keluhkan 300.000 Masker Gratis dari Pemerintah

"Kita harus mengurangi jumlah pasien baru hingga di bawah level itu, untuk mengurangi tekanan pada sistem perawatan kesehatan negara."

Keadaan Jepang darurat nasional virus corona pada dasarnya tidak seketat lockdown yang dilakukan negara-negara Eropa atau pembatasan di Amerika Serikat.

Dalam penerapannya, gubernur hanya bisa meminta warga untuk tetap di rumah dan menutup bisnisnya. Gubernur tidak boleh memaksa, dan tidak ada hukuman bagi pelanggar karena tidak ada landasan hukum formal.

Baca juga: Bukan Lockdown, Inilah Gambaran Lengkap Darurat Nasional di Jepang

Laporan lokal mengatakan, pemerintah akan terus mendesak warga di 13 prefektur berisiko tinggi, termasuk kota-kota besar, untuk membatasi kontak ke orang-orang sebesar 80 persen dan melakukan social distancing.

Akan tetapi museum, perpustakaan, dan beberapa fasilitas lain mungkin diizinkan buka lagi selama mereka memberlakukan tindakan pencegahan. Bar dan kelab malam akan diminta tetap tutup.

Untuk seluruh Jepang, prefektur akan diizinkan melonggarkan pembatasan pada penutupan bisnis dan pertemuan kecil, tetapi penduduk masih akan diminta tidak bepergian ke luar daerah asal.

Menurut data dari Worldometers, hingga Selasa (5/5/2020) sore WIB Covid-19 di Jepang secara total telah mencatatkan 15.078 kasus, dengan 536 korban meninggal dunia dan 4.156 pasien sembuh.

Baca juga: Jepang Darurat Nasional, Warga Akan Dapat Bantuan Tunai Rp 14,4 Juta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mobil Berkecepatan Tinggi Tabrak Gerbang Gedung Putih, Sopir Tewas

Mobil Berkecepatan Tinggi Tabrak Gerbang Gedung Putih, Sopir Tewas

Global
Puluhan Ribu Warga Israel Demo Minta Sandera Segera Dipulangkan

Puluhan Ribu Warga Israel Demo Minta Sandera Segera Dipulangkan

Global
Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com