Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertimbangkan Perekonomian AS, Trump Ingin Lockdown Segera Berakhir

Kompas.com - 10/04/2020, 13:56 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber CNN

WASHINGTON, D.C, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana memajukan masa berakhir lockdown di AS.

Dia secara khusus menyatakan maksudnya untuk membuka kembali aktivitas perekonomian di mana seluruh negara bagian AS kembali 'online' serentak pada 1 Mei mendatang.

Keinginan Trump ini masih dalam wacana dan berdasarkan beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangan besar tentu saja perekonomian AS.

Baca juga: AS Kritik WHO, Anggap Hiraukan Peringatan Dini Virus Corona dari Taiwan

Pada pekan lalu saja, sebanyak 6,6 juta orang telah melayangkan klaim pertama mereka tentang tunjangan pengangguran .

Total orang yang mengajukan klaim sejauh ini di AS sebanyak 16,8 juta orang.

Pakar kesehatan AS sebelumnya telah mengatakan kalau penutupan massal alias lockdown baru bisa diketahui kapan berakhirnya tergantung dari perkembangan virus itu sendiri.

Baca juga: Lockdown, Pekerja Asing di Malaysia Bersyukur Mendapat Paket Bantuan Makanan dari Pemerintah

Tim perekonomian pemerintahan Trump telah melakukan serangkaian rapat untuk membahas kondisi ekonomi yang dibuka perlahan dan bukan sekaligus.

Administrasi Trump setidaknya harus mengumumkan terlebih dahulu jadwal estimasi dengan panduan tentang bagaimana proses transisi perekonomian kembali ke jalur normal.

Trump sejauh ini tidak jelas otoritasnya terhadap kemampuan lockdown, begitu pun kemampuannya untuk membuka lockdown kembali.

Baca juga: 150 Anggota Kerajaan Arab Saudi Terinfeksi Covid-19, Bagaimana dengan Raja Salman?

 

Terutama, apabila tidak ada pejabat lokal dan pelaku bisnis juga lembaga yang akan menangung risiko santai terlalu cepat.

Mengingat, pedoman pemerintah federal tentang menutup bisnis dan membatasi pertemuan hanya merupakan rekomendasi.

Ada pun soal bagaimana dan kapan lockdown di negara AS kembali dibuka, sebagian besar dipegang otoritasnya oleh gubernur negara bagian yang sampai saat ini masih memberlakukan perintah wajib tinggal di rumah.

Baca juga: Gencatan Senjata Arab-Houthi: Antara Keraguan dan Harapan

Padahal, berdasarkan survei yang dilakukan CNN pada Rabu (8/4/2020) sebanyak 60 persen rakyat AS mengatakan mereka merasa tidak nyaman jika kembali ke pekerjaan rutin mereka jika prinsip social distancing masih diberlakukan di penghujung April.

Saat ini AS telah melaporkan lebih dari 454.000 kasus infeksi yang disebabkan oleh virus corona. Sebanyak lebih dari 16.000 orang bahkan dinyatakan tewas.

Meski demikian, negara itu masih berharap ada efek besar dari program social distancing berdasarkan pendapat pakar.

Baca juga: Covid-19 Renggut Nyawa Dokter yang Desak Persediaan APD ke Boris Johnson

Di New York, pusat wabah di AS, baru-baru ini mengalami lonjakan terendah akan kasus infeksi sejak krisis wabah meningkat, namun Gubernur Andrew Cuomo memperingatkan bahwa kondisi ini baru 'gelombang pertama'.

Selain New York, Philadelphia dan Washington DC diperkirakan menjadi pusat wabah baru virus corona berdasarkan keterangan Dr Deborah Birx.

Birx mengatakan kalau di kota Philadelphia, terjadi 1.400 kasus per hari. Sementara di Washington, terdapat 500 kasus per hari dan di Baltimore sebanyak 200 kasus per hari.

Baca juga: PM Inggris Boris Johnson Keluar ICU, tapi Masih di Rumah Sakit

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com