KOMPAS.com - Mahasiswa dengan disabilitas tertentu masih bisa mengikuti perkuliahan seperti mahasiswa reguler. Seperti salah satu mahasiswa Unair (Universitas Airlangga), Mira.
Meski memiliki keterbatasan penglihatan karena penyakit lupus yang diidapnya di tahun 2009, mahasiswa S2 Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga ini tetap bisa mengikuti perkuliahan. Bahkan hingga ke jenjang S2.
Penyakit lupus tersebut menyebabkan penurunan fungsi pada matanya sehingga tingkat kecerahan cahaya sangat berpengaruh dalam proses penglihatannya.
Bagi Mira, keterbatasan yang dimilikinya bukan menjadi penghalang untuk menggapai cita-citanya terutama dalam dunia akademik.
Baca juga: Cerita Dewa dan Akbar, Pelajar Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa
Hal itu dibuktikan dengan dirinya yang mendapatkan beasiswa S2 dari AUN DPPnet. AUN DPPnet merupakan beasiswa yang diberikan oleh Universitas Malaya kepada mahasiswa disabilitas yang berada di perguruan tinggi di ASEAN.
Mira mengungkapkan bahwa beasiswa ini memfasilitasinya untuk dapat menjadi pionir di negaranya tentang evaluasi kebijakan publik di negara ASEAN.
Mira menyebutkan, salah satu cara untuk menciptakan lingkungan inklusif di lingkungan kampus. Yaitu dengan membuka diri bagi mahasiswa disabilitas dan penerimaan yang baik dari lingkungan sekitar.
Penerimaan yang baik bagi Mira diartikan sebagai pemberian perlakuan yang sama antara mahasiswa disabilitas dengan mahasiswa non-disabilitas, tanpa membeda-bedakannya.
"Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016, para penyandang disabilitas bukanlah orang yang seharusnya dikasihani, tapi kita juga ikut diberdayakan," ungkap Mira.
Menurut Mira, masyarakat lebih bisa berbaur dan berperilaku, seperti pada umumnya dengan penyandang disabilitas.
"Keterbatasan aksesibilitas, fasilitas, stigma, yang justru membuat kami menjadi disabilitas," terang Mira.
Bagi mahasiswa difabel, Mira mengatakan bahwa tantangan merupakan hal yang sudah biasa dirasakan oleh teman-teman difabel.
Dan hal tersebut sudah pasti sering dilalui sehingga mereka sudah paham bagaimana cara mengatasinya.
"Aku yakin sebenarnya, teman-teman disabilitas walaupun challenging pasti mereka tau itu challenging, karena ya everyday is challenging for us. Dan mereka juga pasti sudah dapat menilai kapasitas diri mereka untuk menghadapi itu," imbuh dia.
Isu disabilitas sampai saat ini telah menjadi isu yang familiar di kalangan masyarakat. Regulasi dan kebijakan yang mendukung hak-hak mereka telah diimplementasikan di banyak tempat terkhususnya di lingkungan perguruan tinggi.
Baca juga: Syarat 4 Jalur Mandiri Unair 2024, Bisa Daftar Pakai Kartu SNBP
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya