Oleh: Frangky Selamat*
ADA yang berbeda di ruang auditorium Fakultas Kedokteran hari itu. Biasanya mahasiswa berkumpul membahas biologi, anatomi tubuh, patologi, epidemiologi dan istilah-istilah lain yang akrab dalam dunia kedokteran.
Yang terdengar kini justru istilah-istilah dalam bisnis: segmen pasar, diferensiasi produk, proposisi nilai yang unik, revenue stream dan sejenisnya. Apa yang terjadi?
Ternyata hari itu adalah kuliah perdana kewirausahaan. Satu ruang kuliah penuh oleh mahasiswa semester kelima yang mengambil blok kewirausahaan.
Berbeda dengan fakultas lain, Fakultas Kedokteran menerapkan sistem blok, bukan SKS. Satu blok diselesaikan dalam waktu satu minggu. Satu hari terdapat tiga sesi dengan satu sesi menghabiskan waktu hingga 150 menit.
Panjangnya durasi kuliah tidak menyurutkan semangat. Mahasiswa tampak antusias mengikuti pemaparan materi yang berbeda dari biasanya.
Mereka diberikan materi dasar-dasar kewirausahaan yang persis sama diberikan kepada mahasiswa di Fakultas Ekonomi & Bisnis.
Pengertian-pengertian umum hingga aspek-aspek teknis mengenai bagaimana merancang usaha dengan menggunakan model bisnis dijelaskan kepada mereka. Konsep-konsep dasar mengenai pemasaran, keuangan, operasional dan sumber daya manusia diberikan secara terbatas.
Setidaknya terdapat tiga sasaran yang ingin dicapai. Semuanya berbasis pada kewirausahaan sosial yang mengacu pada usaha dan intervensi dengan menargetkan populasi yang kurang terlayani, mengurangi kesenjangan antara mereka yang memiliki akses terhadap layanan kesehatan dan mereka yang tidak.
Kewirausahaan komersial merespons peluang pasar, sementara kewirausahaan sosial mengatasi kegagalan pasar.
Sasaran pertama adalah menanamkan pemikiran inovatif kepada mahasiswa untuk memberikan solusi kepada masyarakat di bidang kesehatan.
Kedua, menanamkan kepada mahasiswa konsep proposisi nilai yang unik. Nilai menyangkut benefit yang diperoleh konsumen dalam hal ini adalah masyarakat yang memperoleh layanan kesehatan. Solusi yang diberikan bersifat inovatif sehingga menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.
Ketiga, mendorong mahasiswa agar peduli kepada masyarakat yang belum memperoleh layanan kesehatan memadai dengan menawarkan terobosan baru, tidak konvensional.
Upaya yang biasa dilakukan belum cukup untuk mengatasi persoalan bagi masyarakat yang “termarginalkan” sehingga belum dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
Pada bagian akhir perkuliahan, di dalam kelompok mahasiswa diminta untuk menyusun rencana usaha dalam rangka memberikan solusi atas masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat atau yang mungkin terkait dengan bidang kesehatan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya