Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Imam Farisi
Dosen

Dosen FKIP Universitas Terbuka

Internet Offline, Menjangkau yang Tak Terjangkau

Kompas.com - 28/11/2023, 14:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SATELIT Republik Indonesia-1 atau SATRIA-1 telah diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Senin (19/6/2023).

Satelit ini digadang-gadang dapat meratakan akses internet di berbagai titik kosong (blank spot) pada area tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), serta akan memfasilitasi layanan internet di 50.000 titik fasilitas publik dengan kecepatan 4 Mbps.

Hal ini tentu saja akan lebih mempermudah konektivitas digital di seluruh wilayah Indonesia.

Projek SATRIA-1 ini menjadi kabar menggembirakan setelah projek sebelumnya, yaitu pengadaan Backbone Palapa Ring berbasis teknologi fiber optic, dan pengadaan 5.000 Based Tranciever Station (BTS) 4G oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo (BAKTI) “kurang sukses” karena para partisipannya tersandung kasus korupsi.

Kemkominfo merilis data, masih terdapat 12.548 (13 persen) dari 83.218 desa dan kelurahan yang belum tersentuh Internet 4G.

Selain itu, teridentifikasi 150.000 titik dari 500.000 lebih titik pusat layanan publik yang belum memiliki akses internet secara memadai.

Sementara, Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan pengguna internet di Indonesia mencapai 210 juta jiwa atau 77,02 persen dari jumlah penduduk, dan sekitar 23 persen belum atau sama sekali dapat akses internet untuk berbagai tujuan.

Kondisi ini tentu saja mengakibatkan sebagian masyarakat Indonesia mengalami keterbelakangan tidak hanya dalam akses terhadap ilmu pengetahuan, namun juga tingkat literasi digital mereka.

Data INDEF menyebut tingkat literasi digital di Indonesia hanya sebesar 62 persen. Jumlah tersebut paling rendah jika dibandingkan negara di ASEAN lainnya yang rata-rata mencapai 70 persen.

Kesenjangan akses internet ini akan mengakibatkan disparitas yang luas di antara pembelajar di Indonesia. Ketiadaan dan keterbatasan akses terhadap Internet juga akan berakibat pada ketiadaan dan terbatasnya akses pengembangan kapasitas seseorang yang berakibat pada keterbelakangan dan kemiskinan.

Dalam kondisi seperti ini, solusi cerdas dan praktis sangat diperlukan agar masyarakat yang berada di blank spot areas juga dapat menikmati akses Internet secara lebih mudah dan murah, bahkan gratis.

Hal ini penting karena internet ke depan tidak hanya menjadi di keistimewaan bagi masyarakat golongan menengah ke atas, namun yang lebih penting adalah menyediakan akses Internet bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, sehingga mereka dapat berkompetisi dengan lebih baik dan memiliki tingkat literasi digital yang memadai.

Internet Offline

Dalam konteks ini, pengembangan jaringan infrastruktur Internet Offline menggunakan jaringan seluler (local cellular network) dengan kapasitas low bandwidth menjadi sangat penting dan krusial diikhtiarkan.

Secara konseptual, Internet Offline adalah meng-copy informasi/pengetahuan yang ada di Internet ke server lokal, sehingga masyarakat di daerah tersebut dapat mengakses pengetahuan/informasi secara lokal tanpa perlu akses internet sama sekali.

Dengan teknologi ini, jaringan Internet Offline mampu memberikan titik akses bagi masyarakat di berbagai titik kosong (blank spot) di Indonesia, sehingga mereka juga dapat mengakses sumber-sumber informasi/pengetahuan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com