Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cerita Alumnus UM Surabaya, Dulu Siswa Biasa Kini Bisa Raih Beasiswa S2

Kompas.com - 27/10/2023, 14:04 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Alumnus Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Siti Uswatun Khasanah ini berbagi cerita bisa menjadi mahasiswa berprestasi.

Sebelum lulus UM Surabaya 2018, dia aktif di organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan selama 3 tahun.

Selain itu, ia juga aktif sebagai jurnalis kampus. Bahkan Uswah juga pernah dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) 2017.

Dilansir dari laman UM Surabaya, Minggu (22/10/2023), Uswah juga aktif mengikuti lomba penulisan puisi dan cerpen di tingkat nasional, sampai beberapa cerpen yang dibuatnya telah memenangkan kejuaraan.

Baca juga: 6 Tips agar Masa Tua Tak Kekurangan Uang ala Dosen UM Surabaya

Kesukaanya pada dunia tulis menulis mengantarkannya untuk menulis beberapa buku diantaranya Merawat Luka (2018), Sajak Rindu (2019) dan Sebelas Purnama (2020) yang telah tercetak ratusan exemplar yang hingga hari ini bisa dibeli pada marketplace online.

Ternyata, Uswah berasal dari keluarga sederhana atau pas-pasan. Meski begitu, keluarga tersebut tetap mengajarkan banyak hal.

"Saya masih ingat betul ketika kelas 2 SMP saya sering dipanggil oleh guru karena belum bisa membayar LKS. Saya juga masih ingat, ketika saya jadi anak yang paling terakhir yang baru bisa membayar kaos olahraga kala itu," ujarnya.

Tidak hanya itu saja, ia juga bercerita bahwa sejak SMP ayahnya divonis sakit diabetes sehingga tidak bisa bekerja serabutan setiap harinya. Maka dari itu, ibunya yang menggantikan bekerja di sawah orang.

Berusaha jadi yang terbaik

Saat SMP itu, Uswah termasuk siswa yang tidak pandai. Bahkan dia hanya ranking 14. Lulus SMP juga hampir putus sekolah atau tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.

"Karena kuatnya saya ingin sekolah, bapak mencarikan saya sekolah kesana kemari. Alhamdulillah waktu itu sekolahnya bayarnya bisa dihutang, jadi bayarnya nunggu pas bapak ada panen di sawah," kata dia.

Meski dengan keterbatasan, tapi Uswah berusaha menjadi yang terbaik di kelas. Terbukti ia akhirnya bisa menduduki peringkat 2 di kelasnya.

Baca juga: Fesyen dari Limbah Masker Ini Buatan Dosen dan Mahasiswa Polimedia

Ia juga beberapa kali memenangkan kejuaraan kepenulisan dari tingkat Kabupaten hingga Provinsi. Karena aktif mengikuti lomba itu, ia mendapat potongan untuk pembayaran SPP.

Setelah lulus, ia kemudian tinggal di Panti Asuhan Muhammadiyah Bojonegoro selama dua bulan. Di tempat itu ia belajar banyak hal mulai dari membuat tempe, memerah susu sapi dan keliling jualan tempe. Ia juga ikut les untuk bisa masuk perguruan tinggi.

"Setelah beberapa kali mendaftar, terakhir saya mendaftar di Universitas Muhammadiyah Surabaya, saya masih ingat waktu itu biaya daftarnya 350.000, untuk bisa membayar biaya tes kala itu bapak menjual seluruh ayamnya yang ada di kandang," tutur dia.

Sedangkan untuk biaya berangkat ke Surabaya, bapaknya menjual persediaan gabah yang ada di rumahnya. Menurut bapaknya, peninggalan terbaik untuk seorang anak adalah ilmu pengetahuan.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com