Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Unwahas: Ketahanan Pangan Harus Dimulai dengan Ekosistem Keberlanjutan

Kompas.com - 19/10/2023, 22:18 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Universitas Wahid Haysim (Unwahas) Semarang, Dr. Nugroho Widiasmadi mengatakan, kebijakan ketahanan pangan harus dimulai dengan pembangunan ekosistem yang berkelanjutan yang meliputi variabel tanah, air, dan udara.

"Sehingga jaminan akan kesehatan dan kesuburan elemen tanah itu akan memberikan buah hasil tanaman yang baik untuk dimakan dari generasi ke generasi," kata dia dalam keterangannya, Kamis (19/10/2023).

Di Indonesia, kata dia, telah terjadi degradasi lahan akibat pemakaian pupuk dan pestisida berlebihan sejak revolusi hijau tahun 1970 sampai saat ini.

Baca juga: Kisah Nyoman, Lulusan Cumlaude ITB yang Lolos Beasiswa LPDP ke MIT

Lalu keberpihakan pemerintah terhadap sumber daya yang berkelanjutan untuk kemandirian tidak diperhatikan, sehingga menjadi potret gelap dalam dunia pangan.

"Akibatnya bisa kita rasakan saat ini tekanan ekonomi, perubahan iklim global memaksa semua elemen tumbang karena negara kita tidak siap dalam hal ketahanan pangan," jelas dia.

Demi mengatasi krisis pangan terutama beras, sebut dia, tidak dengan impor atau buat program kagetan, seperti program "Pendamping Beras" dengan sumber lain, seperti ubi, pisang, dan lain-lain

Itu percuma saja dilakukan, jikalau tanahnya terus dirusak dan diracun atau masih ketergantungan dengan pupuk kimia, karena itu hanya akan memindahkan masalah ke tempat lain.

Sebaiknya pemerintah mulai serius menyelamatkan ketahanan pangan dengan kebijakan fundamental, seperti ciptakan kantong atau lumbung pupuk dan lumbung pakan untuk mengisi lumbung pangan.

"Semua komponen ini ada di desa, dengan Teknologi Biosoildam MA-11 semua dapat diwujudkan dengan cepat, mudah, dan terukur," jelas dia.

Dr. Nugroho merupakan salah satu pencipta teknologi Agrokonservasi Biosoildam MA-11. Teknologi ini dirancang untuk meningkatkan hasil panen meskipun cuaca ekstrem.

Baca juga: Mau Masuk SMA Taruna Nusantara? Ini Rincian 3 Jalur Biaya Sekolahnya

Alhasil, panen dapat meningkat dua kali lipat, biaya produksi dapat berkurang hingga 70 persen, dan tanah dapat dilindungi dari racun kimia.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyampaikan pandangannya tentang tahun 2023 sebagai tahun yang penuh tantangan, bukan hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi dunia.

Kenaikan suhu bumi yang memicu El Nino panjang menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi ketersediaan pangan global.

Jokowi mengungkapkan, Indonesia telah melakukan upaya antisipasi dengan persiapan cadangan beras yang memadai.

Seiring waktu, infrastruktur yang diperlukan untuk menjaga ketahanan pangan telah dibangun, termasuk waduk, ribuan embung, dan jaringan irigasi.

Baca juga: Kisah Mujab, Lulusan UI Gapai Beasiswa LPDP ke Inggris berkat Doa Ibu

Namun, tantangan yang dihadapi, terutama dalam situasi El Nino, masih mengandalkan impor sebagai solusi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com