Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Pengganti Skripsi, Rektor Unair: Butuh Kajian Khusus dalam Penerapannya

Kompas.com - 27/09/2023, 19:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rektor Universitas Airlangga (Unair), Prof Mohammad Nasih kembali mengulas skema skripsi, tesis, disertasi mahasiswa S1, S2 maupun S3.

Menurutnya, melalui prestasi tersebut, Fakultas dapat mempertimbangkan untuk konversi bebas dari beban tesis maupun disertasi.

“Artinya beban tesis maupun disertasi ini bisa kita bebaskan dengan melampirkan laporan karya akhir prototipe mereka,” kata dia, dilansir dari laman Unair saat dalam agenda Sosialisasi dan Koordinasi MBKM Episode 26 “Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Perguruan Tinggi” beberapa waktu lalu.

Baca juga: Pakar Unair: Lagu Halo-Halo Bandung Jelas Diplagiat

Menjawab pertanyaan mengenai kebijakan tugas akhir yang lebih ringan dari beban skripsi, Prof Nasih mengatakan bahwa Unair bertekad untuk memberikan kemudahan dan ruang eksplorasi bagi para mahasiswanya. Namun, terdapat standar projek yang bisa setara dengan skripsi.

Ia menegaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mahasiswa. Menurutnya, para mahasiswa harus memperhatikan standar projek yang disetarakan oleh skripsi, tidak dapat sembarang projek yang dapat dilakukan oleh mahasiswa.

Prof. Nasih mengatakan, dalam penerapannya butuh kajian khusus terutama pada kebijakan pembebasan skripsi dengan konversi projek setara.

"Konversi ini harus melihat dari bobot dari projek yang dilakukan. Penentuan bobot ini memerlukan adanya kajian kembali," ujarnya.

Baca juga: Beasiswa S2-S3 di Amerika bagi Perempuan, Tunjangan sampai Rp 773 Juta

Tidak hanya itu, terdapat kebijakan baru mengenai penguji dosen luar dalam laporan tugas akhir mahasiswa.

“Sebisa mungkin kita akan menggagas penguji dari luar yang bukan dari ilmuan. Melainkan bagian sumber daya perusahaan industri,” ujarnya

Menurutnya, hal itu menjadi satu terobosan untuk memberikan kesempatan mahasiswa berpikir kritis secara logis dalam menjawab kontribusi proyeknya di masyarakat dan lingkungan kerja.

Kebijakan tersebut akan terlaksana mulai tahun ini, mengingat uji coba juga sudah terjadi pada tahun sebelumnya dengan beberapa konversi MBKM.

Terkait hambatan konversi pada lingkup Fakultas, Prof Nasih juga menuturkan harus terdapat kebijakan baru.

Baca juga: Ners Unair: Ciri-ciri ISPA pada Anak Berikut Cara Mencegahnya

Kebijakan itu berupa pengkategorian konversi yang dapat ditindaklanjuti oleh dosen fakultas dan konversi yang bisa melalui eksekusi langsung oleh Direktorat Pendidikan.

“Kalau pada level bawah susah, maka tidak apa-apa nanti bisa kita akses langsung oleh Universitas. Harapannya fakultas lebih fleksibel,” kata dia.

Terkait koordinasi dan implementasi dari peraturan tugas akhir, ia optimis Unair tetap bisa berkembang.

"Saya lihat perkembangan UNAIR posisinya sangat stabil. Bahkan UNAIR bisa kita prediksi akan menempati posisi ke-2 di tahun 2027 mendatang,” ujar Rektor Unair. 

Prof Nasih juga mengatakan untuk mencapai prediksi tersebut, perlu kerja sama dari setiap fakultas.

Misalnya, mendorong program yang mendukung kebijakan akreditasi baik dalam capaian skala nasional maupun internasional.

“Kami selalu menekankan outcome dari setiap proses. Sehingga seharusnya mahasiswa bisa kita dorong untuk merumuskan persoalan dari akar bukan hanya fenomena yang nampak saja,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com