Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Anya, Siswa Kelas 6 SD yang Raih Belasan Medali Olimpiade Matematika

Kompas.com - 15/08/2023, 11:48 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Anya Prameswari Firmansyah yang kini duduk di bangku kelas 6 SD awalnya tidak menyukai pelajaran matematika.

Baginya, matematika itu sangat sulit dipecahkan. Namun, rasa penasaran dan keinginan untuk mempelajari matematika lebih dalam membawanya berhasil meraih belasan medali sejak kelas 3 SD.

"Aku itu dulu sebenarnya tidak suka banget sama matematika, tapi aku lama-lama penasaran, soalnya kok, pas dikasih soal matematika aku ga bisa ngerjain waktu aku kelas 3 SD. Aku jadi penasaran," cerita Anya yang bersekolah di SD Cikal Lebak Bulus.

Baca juga: Kisah Hatta, Siswa SMA Raih Medali Olimpiade Ekonomi Lawan 66 Negara

Sejak itulah, Anya memulai perjalanan pengembangan minatnya di bidang Matematika.

Hingga kini, Anya telah meraih belasan medali olimpiade matematika internasional seperti Japan International Science and Mathematics Olympiads (JISMO), Singapore and Asian Schools Math Olympiad (SASMO), Singapore International Math Olympiad Challenge (SIMOC), American Mathematics Olympiads (AMO), Singa Math Competition, hingga International Science and Math Competition.

Latihan 5 soal setiap hari dan punya banyak hobi

Sejak 2021, Anya telah mengikuti 18 olimpiade Matematika tingkat Internasional dan meraih
lebih dari 18 medali (emas, perunggu, ruby, emerald, diamond, dan sertifikat penghargaan
lainnya).

Untuk sampai titik meraih beragam medali olimpiade matematika internasional, Anya sebelumnya pernah mengalami kegagalan.

Baca juga: Capai Puncak Gunung Rinjani di Usia 10 Tahun, Ini Sosok Hanun Rinjani

Sang ibu, Mita bercerita bahwa saat kelas 3 SD, Anya pernah ikut kompetisi matematika dan kalah. Kala itu Anya menangis dan kecewa karena belum dapat memecahkan tantangan soal matematika yang sebelumnya ia rasa bisa dipecahkan.

"Anya pernah ikut kompetisi matematika dan kalah. Saat itu ia menangis dan kecewa karena ia belum dapat memecahkan tantangan soal matematika yang sebelumnya ia rasa bisa dipecahkan. Di momen itu, saya mengingatkan Anya, bahwa dalam sebuah kompetisi, kompetitornya itu tidak hanya di sekitarmu, tetapi juga masih banyak di luar sana," cerita Mita.

Dengan dukungan dari orangtua, Anya mampu melewati pengalaman yang mengecewakannya bahkan menjadi lebih semangat berlatih didampingi oleh orangtua beserta mentor matematika.

Anya mengatakan, awal mengerjakan soal-soal olimpiade memang sulit, tetapi seiring terbiasa berlatih 5 soal setiap hari, ia pun mulai memahami pola dan cara kerja soal olimpiade dengan baik.

Soal-soal olimpiade Matematika Internasional, lanjut Anya, umumnya memiliki tipe yang berbeda dengan soal matematika yang biasa dikerjakan di sekolah.

"Latihan aku itu enggak ada jamnya, kadang 5 menit, 10 menit, atau 1 jam. Tapi yang pasti itu, aku mengerjakan 5 soal setiap hari. Soalnya itu dari soal-soal olimpiade. Aku memiliki mentor matematika juga karena soal olimpiade itu susah banget," cerita Anya.

Baca juga: Kisah Guru Betty, Raih Penghargaan Internasional karena Empati Tinggi

Meski giat belajar, Anya masih menikmati berbagai hobinya, baik itu bermain tenis, memasak, balet hingga belajar Bahasa Jepang.

“Aku suka balet, aku suka buat cookies, aku juga suka main tennis, aku suka belajar bahasa Nihongo. Aku ingin mengambil ujian bahasa Jepang saat kelas 7 SMP nanti,” ungkap Anya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com