Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Udara Jakarta Buruk, Dosen UM Surabaya: Ini Bahayanya bagi Kesehatan

Kompas.com - 18/06/2023, 20:40 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kualitas udara Jakarta berada di peringkat dua terburuk di dunia berdasarkan situs IQAir pada Minggu (18/6/2023).

Melansir situs tersebut, indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 164 dengan polutan utama PM 2,5 dan nilai konsentrasi 80.8 µg/m³ (mikrogram per meter kubik). Angka tersebut tentunya menunjukkan udara di Jakarta dinyatakan tidak sehat.

Kondisi udara yang tak sehat tersebut bisa berdampak pada kesehatan masyarakat, tak terkecuali anak-anak.

Sumber polutan utama pencemaran udara di Jakarta disebabkan Industri dan asap kendaraan bermotor.

Baca juga: Biaya Kuliah Udinus 2023, Ada SKS dan SPP hingga USPI

Pencemaran udara jadi indikator daerah layak huni atau tidak

Dosen Teknologi Laboratorium Medis (TLM) Program Sarjana Terapan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Vella Rohmayani mengatakan, setiap orang memiliki hak untuk dapat menghirup udara yang bersih dan terbebas dari sumber penyakit.

Udara merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar manusia bisa tetap hidup.

"Ketersediaan udara bersih menjadi hal yang penting, karena akan sangat berdampak atau mempengaruhi kinerja organ tubuh dan derajat kesehatan masyarakat," terang Vella seperti dikutip dari laman UM Surabaya, Minggu (18/6/2023).

Vella menerangkan, pencemaran udara menjadi indikator suatu wilayah layak untuk di tinggali atau tidak.

Adapun kualitas udara Jakarta yang sudah tercemar dapat menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan, kerusakan ekosistem, serta terjadinya hujan asam.

Baca juga: Cara Cetak Bukti Penerimaan dan Daftar Ulang di PPDB Jatim 2023

Menurut dia, gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat pencemaran udara yaitu:

  • Infeksi pernapasan
  • Mual
  • Muntah
  • Pusing
  • Depresi
  • Penyakit jantung
  • Dapat memicu terjadinya penyakit kanker.

Vella menegaskan, tingginya kadar monoksida di udara dapat membuat seseorang mengalami kekurangan suplay oksigen dalam tubuhnya.

Tidak hanya itu saja, jika polutan di udara terjatuh pada permukaan dapat menjadi sumber polutan bagi makanan dan minuman yang dibiarkan terbuka.

"Ketika makanan atau minuman tersebut dikonsumsi sangat mungkin akan menyebabkan terjadinya masalah pada saluran pencernaan serta berbagai penyakit lainnya," tutup Vella.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com