KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, memaparkan sejumlah pernyataan dalam debat keempat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024).
Dalam debat tersebut para kandidat membahas sejumlah topik terkait pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, sumber daya alam dan energi, pangan, agraria, masyarakat adat, serta desa.
Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri beberapa pernyataan Gibran. Berikut hasil rangkuman pengecekan fakta atas pernyataan Gibran dalam debat.
Gibran mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar dan cadangan timah terbesar nomor dua di dunia.
“Kita harus bersyukur Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya di antaranya kita punya cadangan nikel terbesar di dunia timah terbesar nomor dua,” kata Gibran.
Bagaimana faktanya?
Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Hingga 2022, Indonesia tercatat memiliki cadangan nikel sebesar 21 juta metrik ton.
Angka itu sama dengan cadangan nikel Australia.
Setelah Indonesia dan Australia, negara yang memiliki cadangan nikel cukup besar yakni Brasil, dengan 16 juta metrik ton.
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, Indonesia memiliki cadangan logam timah terbesar nomor dua di bawah China.
Cadangan logam timah Indonesia saat ini yakni 2,23 juta ton, sebesar 91 persennya berada di Kepulauan Bangka Belitung.
Selengkapnya baca di sini
Gibran mengatakan, anggaran dana desa yang digelontorkan pemerintah terbukti menurunkan jumlah desa tertinggal dan meningkatkan desa berkembang serta mandiri.
“Anggaran dana desa terbukti menurunkan angka desa tertinggal dan meningkatkan angka desa berkembang dan mandiri,” ujar Gibran.
Bagaimana faktanya?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, dana desa yang disalurkan pemerintah terbukti menurunkan jumlah desa dengan status sangat tertinggal dan desa tertinggal.
Jika status desa yang sangat tertinggal pada 2018 dan 2021 dibandingkan, terlihat penurunan angka yang sangat drastis.
Pada 2018, terdapat 14.047 desa dengan status sangat tertinggal. Sementara, pada 2021 angka tersebut menurun tajam menjadi 5.333 desa.
Kemudian, desa tertinggal yang berjumlah 33.339 pada 2018, turun menjadi 15.935 pada 2021.
Selengkapnya baca di sini
Gibran mengeklaim, potensi energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia totalnya mencapai 3.686 gigawatt.
“Potensi energi baru dan terbarukan (EBT) juga luar biasa sekali, ada energi surya, angin, air, bioenergi, panas bumi, dan kita punya potensi yang besar sekali, yakni 3.686 GW,” ungkap Gibran.
Bagaimana faktanya?
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana menjelaskan, Indonesia memiliki potensi EBT hingga 3.686 GW yang terdiri dari energi surya, angin, hidro, bioenergi, panas bumi, dan laut.
Dengan tingginya potensi EBT, menurut Rida, Indonesia bisa melakukan transisi energi.
Jika mengacu pada kebutuhan listrik masyarakat Tanah Air, potensi EBT yang mencacapi 3.686 GW bisa dimanfaatkan sebagai sumber utama.
Terlebih, konsumsi listrik di Indonesia hanya berada di angka 81 GW berdasarkan jumlah kapasitas pembangkit listrik yang ada.
Selengkapnya baca di sini
Gibran menyebutkan, potensi green jobs atau pekerjaan ramah lingkungan di Indonesia bisa mencapai 5 juta.