KOMPAS.com - Haji Oemar Said Tjokroaminoto merupakan salah satu sosok yang paling berpengaruh dalam hidup Presiden Soekarno. Pemimpin Sarekat Islam itu menempa Soekarno menjadi praklamator bangsa yang disegani.
Sejak berumur 15 tahun, Soekarno yang sekolah di HBS Surabaya tinggal bersama HOS Tjokroaminoto.
Sang ayah, Raden Sukemi, menitipkan Soekarno kepada Tjokroaminoto karena ia tidak ingin anaknya menjadi kebarat-baratan, meski bersekolah di HBS yang didirikan oleh Belanda.
"Sungguh pun engkau akan mendapat pendidikan Belanda, aku tidak ingin darah dagingku menjadi kebarat-baratan. Karena itu kau kukirim kepada Tjokro, orang yang dijuluki oleh Belanda sebagai raja Jawa yang tidak dinobatkan," kata Soekarno menirukan Raden Sukemi, dikutip dari buku otobiografi Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1966).
Baca juga: Oemar Said Tjokroaminoto: Kehidupan, Peran, dan Gerakan Islam
Ketika Soekarno yang masih remaja datang ke Surabaya, Tjokroaminoto berumur 33 tahun. Kala itu Tjokroaminoto adalah sosok pemimpin Sarekat Islam yang dihormati dan berpengaruh.
Tjokro ditakuti oleh Pemerintah Belanda dan dijuluki De Ongekroonde van Java atau “Raja Jawa Tanpa Mahkota”.
Sejak tinggal di rumah Tjokroaminoto, Soekarno banyak melahap buku bacaan. Hampir seluruh waktunya digunakan untuk membaca.
Soekarno yang ketika itu masih menyandang nama Koesno banyak mengenal beberapa tokoh penting dunia seperti Thomas Jefferson, Karl Marx, Friedrich Engels, Vladimir Lenin, Jean Jacques Rousseau serta banyak tokoh lainnya melalui buku yang ia baca.
Baca juga: Lahir Bernama Kusno, Ini Alasan Nama Diubah Jadi Soekarno dan Maknanya
Setiap malam Soekarno duduk di dekat kaki Tjokroaminoto, sembari diberikan sejumlah buku bacaan.
"Pak Tjokro adalah pujaanku. Aku muridnya. Secara sadar atau tidak sadar ia menggemblengku. Aku duduk dekat kakinya dan diberikannya kepadaku buku-bukunya, diberikannnya kepadaku miliknya yang berharga," ungkap Soekarno.
Sebagai seorang pemimpin Sarekat Islam, rumah Tjokroaminoto banyak dikunjungi oleh beberapa tokoh penting. Tamu yang datang itu pemimpin partai lain maupun pemimpin cabang Sarekat Islam. Kesempatan itu digunakan Soekarno untuk menimba ilmu dari mereka.
Soekarno mendengarkan berbagai topik yang didiskusikan oleh Tjokoroamnioto bersama teman-temannya, sambil sesekali bertanya.
Baca juga: Dinamika Seputar Peralihan Kekuasaan Soekarno ke Soeharto...