[JEO] Kisah Muslim Tionghoa Menyusuri Jalan Islam di Pecinan

KOMPAS.com - Qiu Xue Long atau Naga Kunadi tak menyangka mimpi yang ia alami saat masih duduk di bangku SMP menjadi awal perjalanan spiritualnya mengenal Islam.

Dalam mimpi itu, ia sedang berada di suatu tempat yang dikelilingi api. Di tengah kobaran api, ia melihat beberapa pilar berukuran besar dan pada pilar itu banyak manusia yang dirantai.

Usia Naga masih terlalu muda untuk memahami arti mimpi yang mengerikan itu. Ia pikir itu hanya mimpi buruk biasa.

Beberapa tahun kemudian, Naga mendapatkan secercah petunjuk soal mimpinya. Kala itu, ia sudah melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA.

Saat jalan-jalan ke sebuah toko buku, ia tertarik untuk membaca Al Quran yang dilengkapi terjemahan.

Sebelumnya, ia tidak pernah menyentuh Al Quran. Lantas, ia membuka kitab suci itu dari halaman paling belakang, seperti membaca buku pada umumnya.

Ia mulai membaca surat An-Nas, Al-Falaq, dan berhenti di surat Al-Humazah. Naga tersentak karena bunyi ayat itu mirip sekali dengan gambaran yang ia lihat dalam mimpinya dulu.

Setelah lulus SMA dan bekerja di daerah Tegal Alur, Jakarta Barat, ia mulai mempelajari Islam dari buku dan bertanya ke teman-teman muslim.

Saran banyak orang membawa Naga ke Masjid Lautze di daerah Karang Anyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat, yang dikenal sebagai kawasan pecinan.

Ia mulai mendalami ajaran Islam untuk menjawab pertanyaan yang terus menghantuinya. Kenapa harus Islam?

Suatu ketika, ia mendapatkan buku berjudul Allah yang ditulis oleh Said Hawwa dan membuatnya makin tertarik mendalami Islam.

Setelah Lebaran tahun 2002, laki-laki kelahiran Jakarta, 15 April 1976, itu mengucapkan syahadat.

Kini, jemaah di Masjid Lautze kerap memanggilnya Ustaz Naga. Setelah menjadi mualaf, Naga aktif berkegiatan di masjid tersebut.

Simak kisah Ustaz Naga Kunadi selengkapnya dalam JEO Kompas.com, "Menyusuri Jalan Islam di Kawasan Pecinan".