Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Peningkatan Hoaks Politik Jelang Pemilu 2024

Kompas.com - 07/04/2023, 09:01 WIB
Luqman Sulistiyawan,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masyarakat diminta mewaspadai peningkatan hoaks di media sosial Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Sebab, penyebaran hoaks dapat mempertajam polarisasi.

Keterbelahan bisa dilihat pada dua pemilu sebelumnya, di mana muncul istilah "cebong" dan "kampret" yang merujuk pada pendukung dua pasangan calon presiden-wakil presiden.

Informasi palsu kerap digunakan untuk menyerang lawan politik atau pihak yang berseberangan.

Baca juga: Kolaborasi Pemeriksa Fakta dan Kecerdasan Buatan Perangi Misinformasi

Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat, hoaks terkait politik di media sosial mencapai 52,7 persen pada Pemilu 2019.

Sementara, jurnalis Solopos, Syifaul Arifin menuturkan, jika dibandingkan dengan Pemilu 2014, jumlah hoaks meningkat tiga sampai empat kali lipat pada Pemilu 2019.  

“Dan yang dikawatirkan adalah soal peningkatan hoaks, apalagi ini diperparah dengan peran influencer, buzzer dan bot," ujar Syifaul dalam webinar bertajuk Polarisasi Mengancam Demokrasi, Rabu (5/4/2023).

Oleh sebab itu, Syifaul menekankan pentingnya jurnalis dan pemeriksa fakta dalam menghambat polarisasi.

Beberapa upaya yang bisa dilakukan antara lain dengan memberikan ruang bagi kelompok-kelompok marjinal, mengintensifkan debunking dan prebunking, serta lebih banyak mengangkat isu lokal.

Selain itu, Syifaul juga mengingatkan agar media massa maupun jurnalis bekerja secara independen dan tidak partisan atau menjadi pengikut partai politik.

Baca juga: Kelola Logika dan Emosi untuk Melawan Disinformasi Pemilu...

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengungkapkan kekhawatiran soal penyebaran hoaks di Pemilu 2024.

Ia mengatakan, disinformasi atau penyampaian informasi yang salah memperparah kemunduran demokrasi di Indonesia, termasuk merusak kualitas pemilu.

"Sentimen-sentimen ideologi yang sempit, agama yang sempit. Keduanya ikut merusak mutu demokrasi di Indonesia," ungkapnya.

Usman menegaskan, disinformasi merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) karena menghalangi orang untuk mendapat informasi yang benar serta pengetahuan.

"Orang berhak mendapat informasi yang benar, informasi yang mengandung pengetahuan," kata Usman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kilas Balik Indonesia Juarai Piala Uber 1996, Taklukkan China di Final

Kilas Balik Indonesia Juarai Piala Uber 1996, Taklukkan China di Final

Sejarah dan Fakta
Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Demo Pro-Palestina di AS

Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Demo Pro-Palestina di AS

Data dan Fakta
[HOAKS] Komite Wasit AFC dan FIFA Rekomendasikan Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Komite Wasit AFC dan FIFA Rekomendasikan Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
Kematian Empat Mahasiswa AS Penentang Perang Vietnam pada 1970

Kematian Empat Mahasiswa AS Penentang Perang Vietnam pada 1970

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Saldi Isra Mundur dari Jabatan Hakim MK

[HOAKS] Saldi Isra Mundur dari Jabatan Hakim MK

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Disinformasi Bernada Satire soal Kematian Elon Musk

INFOGRAFIK: Disinformasi Bernada Satire soal Kematian Elon Musk

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penjelasan soal Cairan Batang Pisang Berkhasiat Hancurkan Batu Ginjal

[KLARIFIKASI] Penjelasan soal Cairan Batang Pisang Berkhasiat Hancurkan Batu Ginjal

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Hoaks Uang Pembayaran Tol Masuk ke Rekening Pengusaha China

[VIDEO] Beredar Hoaks Uang Pembayaran Tol Masuk ke Rekening Pengusaha China

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksin Covid-19 AstraZeneca Menyebabkan Kematian

[HOAKS] Vaksin Covid-19 AstraZeneca Menyebabkan Kematian

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com