KOMPAS.com - Jaringan internasional pemeriksa fakta, International Fact-Checking Network (IFCN) mencatat, interaksi akun-akun penyebar misinformasi di Twitter meningkat 44 persen.
Science Feedback yang terhimpun dari IFCN Amerika Latin, Amerika Utara, dan Eropa menemukan sejumlah akun-akun yang konsisten menyebar informasi salah.
Akun-akun itu disebut sebagai superspreader atau akun yang rutin mengunggah twit populer berisi misinformasi dan disinformasi.
Science Feedback menemukan engagement atau keterlibatan pengguna dengan akun-akun semacam itu semakin meningkat.
Dari 490 akun superspreader yang diselidiki, terjadi peningkatan interaksi sebanyak 44 persen, dihitung setelah pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk.
Artinya, interaksi dengan akun penyebar misinformasi meningkat 44 persen, sejak 27 Oktober 2022.
Science Feedback memiliki kekhawatiran tersendiri terhadap rekam jejak Elon Musk dalam menangani masalah misinformasi.
Semenjak CEO Tesla dan SpaceX itu mengambil alih Twitter, ada sejumlah perubahan kebijakan yang dilakukan.
Tidak semua kebijakannya berdampak buruk, tetapi perilakunya di media sosial justru membuat akun superspreader menjadi sorotan publik.
Science Feedback mencatat, empat dari lima akun superspreader telah menerima balasan dari akun pribadi Elon Musk melalui sedikitnya satu dari sepuluh twit teratas mereka.
Twit berisi informasi keliru itu justru menjadi viral karena keputusan Elon Musk untuk membalas dan menarik perhatian 128 juta pengikutnya.
Hal ini menunjukkan bagaimana tanggung jawab langsung pemilik baru Twitter atas pertumbuhan popularitas penyebar misinformasi dan disinformasi.
"Salah satu hipotesis yang kami miliki adalah apakah salah satu keputusan pertama Elon Musk mengubah algoritma pemberi rekomendasi untuk memberikan lebih banyak suara kepada superspread menghapus semacam status 'pengurangan jangkauan' untuk akun-akun ini, yang akan berlaku sama," kata pimpinan data dan kebijakan di Science Feedback, Bastien Carniel, kepada Poynter, Kamis (2/3/2023).
Menurut Carniel, terlepas dari janji Elon Musk untuk meningkatkan transparansi Twitter, sejauh ini pengambilan keputusan Twitter masih sama seperti sebelumnya.
Terdapat sejumlah akun superspreader yang menjadi contoh dalam riset Science Feedback. Salah satunya akun Twitter komentator politik AS, Liz Wheeler.