Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Sebuah unggahan beredar di Facebook yang membahas konflik terkini antara pemerintah dua negara bertetangga, yakni Indonesia dan Australia.
Klaim yang disertakan menyatakan bahwa skandal penyadapan oleh Australia terhadap Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah terbongkar.
Akan tetapi, berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, diketahui klaim itu keliru.
Klaim yang menyatakan skandal penyadapan Australia terhadap Jokowi yang terbongkar itu di antaranya disebarkan oleh akun Facebook ini.
Unggahannya berupa video yang sebagian menampilkan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Presiden Jokowi secara terpisah.
Presiden Jokowi ditampilkan dengan pernyataan akan menarik duta besar kembali ke Tanah Air, demi mempertahankan kedaulatan hukum RI. Namun tidak disebutkan duta besar di negara mana yang akan ditarik.
Klaim yang disertakan menyatakan, sebuah media memberitakan bahwa Australia menyadap komunikasi Presiden Jokowi, namun mereka tidak meminta maaf.
Dikatakan juga polemik itu mungkin akan menyebabkan perang, yang diikuti penjelasan perbandingan kekuatan.
Dalam video, disebutkan bahwa pasukan TNI lebih banyak, tetapi persenjataan Australia lebih canggih.
Berikut klaim yang disertakan:
Jokowi Bertemu PM Australia, Jokowi Bawa Dubes RI Kembali Ke Istana
Tim Cek Fakta Kompas.com menemukan video yang sama dengan unggahan di Facebook itu.
Dalam video itu, Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema yang pulang ke Tanah Air diberitakan BeritaSatu TV pada 20 November 2013.
Kepulangan Nadjib saat itu karena dipanggil Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), setelah terungkap dugaan penyadapan oleh badan intelijen Australia terhadap Indonesia.
Narasi suara dalam video di Facebook itu, yang menjelaskan penarikan Nadjib kembali ke Indonesia juga sama dengan berita ini, ini serta publikasi Kementerian Kominfo.