Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Hitler Hentikan Pembunuhan Massal terhadap Kelompok Difabel

Kompas.com - 25/01/2023, 17:20 WIB
Ahmad Suudi,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sekitar enam juta orang di Eropa menjadi korban Holocaust atau peristiwa pembunuhan massal oleh Nazi saat berkuasa di Jerman pada 1933-1945.

Kejahatan itu menargetkan orang-orang Yahudi, komunis, homoseksual, musuh politik, hingga penyandang difabel dari kalangan dewasa hingga anak-anak.

Saat itu Jerman dipimpin Adolf Hitler yang terobsesi pada ras Arya. Ia menganggap ras Arya lebih unggul di antara ras lainnya.

Dikutip dari History.com, kekejaman Hitler berlangsung selama Partai Nazi berkuasa, bahkan semakin gencar dilakukan saat Perang Dunia II (1939-1945).

Namun, satu lini pembunuhan massal itu berhasil dihentikan, yakni eutanasia terhadap kelompok difabel fisik maupun psikis.

Eutanasia di Jerman

Eutanasia merupakan tindakan mengakhiri hidup seseorang yang memiliki penyakit parah dan tidak bisa disembuhkan. Tindakan ini kerap dilakukan melalui metode suntik mati.

Namun yang dilakukan Nazi masuk kategori pembunuhan, karena eutanasia dilakukan tanpa persetujuan pasien.

Kejahatan itu diberi nama Program T.4, disusun secara sistematis oleh tim yang dipimpin Viktor Brack, pada 1939.

Awalnya, anak-anak yang diidentifikasi menyandang disabilitas diangkut dari seluruh wilayah lalu dibunuh. Tak hanya permukiman, mereka juga menyisir rumah sakit jiwa.

Anak-anak Yahudi dibawa dan dieksekusi tanpa surat keterangan terkait kondisi disabilitasnya. Sementara anak-anak ras lain melalui proses administrasi itu.

Pembunuhan dilakukan dengan menyuntikkan zat mematikan, atau gas beracun di ruang khusus sebuah kamp.

Kemudian program tersebut dikembangkan dan menargetkan kelompok difabel dewasa. Sebelum dihentikan pada Agustus 1941, program ini telah mengakibatkan 50.000 orang tewas.

Menuai protes

Penghentian program T.4 berawal dari protes yang disampaikan oleh kalangan dokter dan pendeta, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

Di bawah kepemimpinan Hitler yang kejam dan otoriter, tidak mudah untuk melayangkan protes. Bahkan Hitler tak segan membunuh lawan politiknya.

Namun, beberapa orang tetap berani untuk menulis surat protes dan mengirimnya langsung pada Sang Führer. Mereka menyebut program T.4 sebagai langkah biadab.

Puncaknya, Uskup Count Clemens von Galen mengecam program itu. Upaya tersebut akhirnya memberikan hasil yang diinginkan.

Hitler merasa keramaian protes seperti itu tidak perlu muncul, sehingga menangguhkan program eutanasia terhadap kelompok difabel.

Kendati demikian, pembunuhan sistematis pada kelompok lain terus berjalan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Data dan Fakta
Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Sejarah dan Fakta
Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi 'Online'

Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi "Online"

Hoaks atau Fakta
Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

Hoaks atau Fakta
Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

Hoaks atau Fakta
Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut 'Symphony No. 9'

Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut "Symphony No. 9"

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

Hoaks atau Fakta
Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com