KOMPAS.com - Beragam informasi hoaks dan kabar bohong menyasar Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin sepanjang 2022.
Hoaks dan kabar bohong yang mencatut nama Ma'ruf Amin banyak yang mengaitkan posisinya sebagai ulama dan mantan ketua Majelis Ulama Indonesia.
Tahun sebelumnya pun hoaks serupa muncul dengan narasi yang mengklaim Ma'ruf mengatakan penjualan minuman keras diperbolehkan untuk membantu kas negara.
Hoaks itu pun telah terbantah dengan penelusuran yang dilakukan Tim Cek Fakta Kompas.com yang bisa dibaca di sini.
Adapun tahun ini, informasi keliru yang dibuat lebih beragam. Lantas bagaimana hoaks serupa itu kembali beredar di tahun 2022?
Masih banyak ditemukan hoaks beredar di media sosial dengan berbagai klaim yang mencatut nama Ma'ruf.
Misalnya, Ma'ruf meminta rakyat menyisihkan hartanya untuk diberikan kepada pemerintah, yang bisa dibaca di sini.
Ada juga narasi yang menyatakan bahwa Ma'ruf Amin mengatakan masyarakat miskin yang bersedekah bisa mencegah bencana, yang selengkapnya bisa dibaca di sini.
Kemudian, terkait posisinya yang pernah menjadi petinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, muncul hoaks yang mengklaim bahwa Ma'ruf menyatakan akan memberi hadiah Rp 1 miliar pada anggota Banser (organisasi di bawah Nahdlotul Ulama), yang menang melawan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Klaim hadiah Rp 1 miliar itu pun diketahui bohong, berdasarkan penelusuran Kompas.com yang bisa dibaca di sini. Foto dalam unggahan di media sosial itu merupakan rekayasa dari gambar tangkapan layar berita CNN Indonesia.
Isu agama pun menjadi bahan pembuat hoaks dalam mencatut nama Ma'ruf.
Di antaranya klaim dia diusulkan jadi Bapak Pendeta. Kemudian, ada juga klaim keliru yang menyebut dia mengatakan pelaku bom bunuh diri di Bandung berasal dari jaringan pesantren.
Pengamat Politik Ujang Komarudin mengatakan bahwa jarangnya Ma'ruf tampil di depan publik menjadi salah satu faktor hoaks terkait dia banyak diproduksi.
Sehingga, dia menyarankan agar tim komunikasi Ma'ruf lebih sering memperlihatkan dirinya di depan publik, dengan catatan menggunakan pernyataan yang terukur dan obyektif.
Menurut Ujang, bila kerap tampil di depan publik namun menggunakan pernyataan yang bias, akan tetap menjadi bahan atau sasaran empuk bagi para pembuat hoaks.