Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Baby Fae, Bayi Penerima Transplantasi Jantung Babun

Kompas.com - 16/11/2022, 07:58 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tiga puluh delapan tahun yang lalu, tepatnya 15 November 1984, bayi penerima transplantasi jantung babun meninggal di Loma Linda, California.

Dikutip dari History, Baby Fae lahir pada 14 Oktober 1984 dengan sindrom jantung kiri hipoplastik, di mana sebagian atau seluruh sisi kiri jantung hilang.

Beberapa hari setelah kelahirannya, ahli bedah jantung Loma Linda University Medical Center Leonard L Bailey meyakinkan ibu Baby Fae untuk mengizinkannya mencoba transplantasi jantung babun.

Prosedur transplantasi jantung hewan ke manusia telah dilakukan sebanyak tiga kali pada masa itu, yang terakhir pada 1977, tetapi tidak ada yang bertahan lebih dari 3,5 hari.

Bailey berpendapat, sistem kekebalan bayi yang belum terbentuk sempuran kemungkinan membuatnya mampu menerima transplantasi organ asing lebih baik dibanding orang dewasa.

Bertahan 20 hari

Pada 26 Oktober 1984, Bailey melakukan transplantasi jantung babun ke manusia. Dia mengangkat jantung cacat Baby Fae dan menggantikannya dengan jantung babun muda yang sehat dan seukuran kenari.

Di luar dugaan, Baby Fae selamat dari operasi berisiko tinggi tersebut. Peristiwa itu segera menarik perhatian publik Amerika dan komunitas internasional.

Namun, tubuh Baby Fae mulai menunjukkan upaya penolakan terhadap organ asing yang dimasukkan ke dalam tubuhnya. Dokter terpaksa meningkatkan dosis obat imunosupresif, yang menyebabkan gagal ginjal.

Pada 15 November 1984, Baby Fae mengalami serangan jantung dan akhirnya meninggal dunia setelah bertahan selama 20 hari sejak transplantasi dilakukan.

Penyebab kematian

Dilansir LA Times, pada awalnya dosis tinggi obat imunosupresif diduga sebagai faktor penyebab meninggalnya Baby Fae.

Namun, setahun kemudian Bailey mengungkapkan alasan yang lebih memungkinkan menjadi penyebab kematian.

Dia mengatakan, Baby Fae meninggal karena kesalahan keputusan medis, di mana jantung babun yang ditransplantasikan memiliki golongan darah berbeda.

Baby Fae bergolongan darah O, sedangkan babun bergolongan darah AB.

Akibat ketidakcocokan golongan darah, Baby Fae memproduksi antibodi terhadap sel darah merahnya sendiri, yang menyebabkan darahnya menggumpal.

Menurut Bailey, ketika Baby Fae meninggal ginjalnya dipenuhi dengan sel darah merah "abnormal" sehingga tidak dapat bekerja.

"Jika Baby Fae memiliki golongan darah AB, dia akan tetap hidup sampai sekarang," kata Bailey.

Bailey mengatakan, keputusan untuk tidak mencocokkan golongan darah Baby Fae dan babun didasarkan pada keyakinan keliru bahwa perbedaan golongan darah tidak akan menjadi masalah dibandingkan perbedaan antar-spesies.

Pada saat itu Bailey juga berpikir bahwa sistem kekebalan bayi belum sempurna dan dapat diblokir oleh obat anti-rejection dosis besar. Selain itu, babun dengan darah tipe O langka dan Bailey tidak memilikinya saat Baby Fae membutuhkan transplantasi.

“Kami akhirnya menyesali semua proses pengambilan keputusan ini,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Benarkah Penembak Jitu Disiagakan Saat Unjuk Rasa Pro-Palestina di Ohio State University?

Benarkah Penembak Jitu Disiagakan Saat Unjuk Rasa Pro-Palestina di Ohio State University?

Hoaks atau Fakta
Konten Satire soal Batas Usia Pengguna Spotify

Konten Satire soal Batas Usia Pengguna Spotify

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto RA Kartini Memakai Kerudung dan Kacamata

[HOAKS] Foto RA Kartini Memakai Kerudung dan Kacamata

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] KPU Jatim Belum Keluarkan Spesimen Surat Suara Pilkada 2024

[KLARIFIKASI] KPU Jatim Belum Keluarkan Spesimen Surat Suara Pilkada 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bantuan Dana Rp 75 Juta dari BPJS Kesehatan

[HOAKS] Bantuan Dana Rp 75 Juta dari BPJS Kesehatan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bendera GAM Berkibar Setelah Prabowo Menang Sengketa Pilpres di MK

[HOAKS] Bendera GAM Berkibar Setelah Prabowo Menang Sengketa Pilpres di MK

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Momen Surya Paloh Cium Tangan Jokowi Sebelum Pilpres 2024

[VIDEO] Momen Surya Paloh Cium Tangan Jokowi Sebelum Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Anak di Jayapura Tidak Tertular Virus Misterius yang Menyebar Lewat Angin

[KLARIFIKASI] Anak di Jayapura Tidak Tertular Virus Misterius yang Menyebar Lewat Angin

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks, Video Jet Misterius Terlihat Dekat Israel

INFOGRAFIK: Hoaks, Video Jet Misterius Terlihat Dekat Israel

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konteks Keliru, Jokowi Dinarasikan Mengancam Rakyat

INFOGRAFIK: Konteks Keliru, Jokowi Dinarasikan Mengancam Rakyat

Hoaks atau Fakta
Benarkah Israel Dukung Gencatan Senjata di Gaza?

Benarkah Israel Dukung Gencatan Senjata di Gaza?

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

Hoaks atau Fakta
Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com