KOMPAS.com - Twitter melakukan perubahan kebijakan dengan cepat setelah platform media sosial itu diambil alih oleh Elon Musk.
Setelah mengumumkan kebijakan centang biru berbayar, kini Twitter menambah label atau lencana "official" pada profil akun tertentu.
Sederhananya, apa yang dilakukan Musk yakni "mematikan" fungsi awal centang biru. Fitur ini menandakan sebuah pemilik akun mampu membayar 8 dollar AS untuk layanan Twitter Blue.
Awalnya, centang biru dibuat untuk memudahkan publik membedakan akun milik orang yang identitasnya dinilai berisiko ditiru atau dipalsukan.
Baca juga: Tidak Benar Akun Twitter Elon Musk Di-suspend Karyawan yang Dipecat
Lantas perubahan ini memicu perbincangan publik. Isu yang mencuat yakni kekhawatiran terhadap misinformasi dan menjamurnya akun tiruan.
Pasalnya, tidak semua pengguna dapat mengikuti perubahan dan perbedaan kebijakan tentang centang biru.
Publik masih menganggap tanda centang biru sebagai patokan identitas asli pemilik akun. Selain itu, platform media sosial lain masih menggunakan centang biru sebagai penanda akun resmi.
Sekretaris Jenderal Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Ika Ningtyas menilai, ada potensi misinformasi kian meluas akibat perubahan kebijakan centang biru di Twitter.
"Persebaran hoaks, hate speech, atau konten yang bertujuan negatif di Twitter akan semakin mudah dipercaya orang lain, karena anggapan soal blue tick itu tadi," kata Ika, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (9/11/2022).
Adapun AJI merupakan bagian dari kolaborasi jaringan Cek Fakta yang secara konsisten melakukan prebunking dan debunking atas hoaks di media sosial.
Pada aturan Twitter sebelumnya, jurnalis menjadi salah satu kategori profesi yang dapat mengajukan centang biru di Twitter.
Hal ini bermanfaat bagi publik untuk mengidentifikasi akun yang dipegang oleh pemilik identitas sebenarnya.
Fitur centang biru juga mempermudah pengecekan fakta, karena jurnalis dapat dimudahkan dengan identifikasi centang biru.
Meski Twitter telah membuat lencana "official" untuk mengganti fungsi awal centang biru, tetapi publik dipaksa menyesuaikan diri dengan cepatnya perubahan aturan.
Memperburuk ekosistem informasi