KOMPAS.com - Sebanyak 132 korban meninggal dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Di tengah duka atas tragedi kemanusiaan tersebut, ada narasi yang berusaha mengalihkan kesalahan kepada para suporter Arema FC.
Narasi yang memojokkan suporter atas Tragedi Kanjuruhan beredar di media sosial. Narasi tersebut terbukti keliru dan fakta-faktanya telah terungkap.
Berikut narasi, tudingan, dan fakta terkait Tragedi Kanjuruhan.
Baca juga: Memutus Rantai Kekerasan Kepolisian Usai Tragedi Kanjuruhan
Saat awal kasus ini mengemuka di media sosial, beredar video yang mengeklaim bahwa Aremania adalah penyebab kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.
Video berdurasi 3 menit 45 detik tersebut memperlihatkan momen ketika Aremania memasuki lapangan Kanjuruhan usai pertandingan selesai.
Ketika itu memang ada sebagian Aremania memasuki lapangan (pitch invading) setelah pertandingan berakhir.
Kendati demikian, tembakan gas air mata ke arah tribune adalah penyebab suporter panik dan berdesakan untuk berusaha menyelamatkan diri.
Baca juga: 5 Rekomendasi TGIPF Kanjuruhan untuk PSSI, Ketua Umum Disarankan Mundur
Akibatnya, ada penonton yang terinjak hingga mengalami sesak napas. Belum lagi efek gas air mata yang diduga menjadi penyebab kematian ratusan suporter di Kanjuruhan.
Komnas HAM menilai bahwa narasi yang menuding suporter merangsek ke lapangan sebagai penyebab kerusuhan tidak tepat.
"Kami, dengan beberapa Aremania, termasuk juga meng-cross-check informasinya dengan para pemain. Mereka (suporter) merangsek itu memang mau memberikan semangat, berkomunikasi dengan pemain," kata Komisioner bidang Penyelidikan dan Pemantauan Komnas HAM, Choirul Anam, dikutip dari Kompas.com, Rabu (5/10/2022).
Tidak ada Aremania yang menyerang pemain sehingga memicu kerusuhan. Ia memastikan tidak ada pemain yang terluka akibat turunnya suporter Arema ke lapangan.
Tudingan tehadap Aremania sebagai penyebab kerusuhan pun terbukti salah.
Di media sosial beredar rekaman suara seorang perempuan yang mengaku sebagai penjual dawet di Stadion Kanjuruhan.
Ia mengaku berjualan di sekitar pintu 3 Stadion Kanjuruhan memberikan kesaksian bahwa gas air mata tidak seberapa.