KOMPAS.com - Perbudakan menjadi salah satu catatan hitam dalam sejarah Amerika Serikat, terutama bagi masyarakat kulit hitam. Mereka harus berjuang keras untuk memperjuangkan kesetaraan, bahkan hingga sekarang setelah perbudakan telah dihapus.
Dilansir dari History.com, ahli matematika dan astronom Benjamin Banneker menjadi salah satu tokoh kulit hitam yang berjuang keras memperjuangkan kesetaraan.
Salah satu cara yang dilakukan Banneker adalah mengirim surat protesnya kepada Sekretaris Negara AS Thomas Jefferson.
Jefferson dikenal sering berkirim surat dengan para ahli, namun Banneker bukan ahli biasa baginya karena berkulit hitam.
Baca juga: 26 Juli 1948: Perjuangan Tentara Kulit Hitam AS Hasilkan Aturan Anti-Diskriminasi
Banneker terlahir sebagai orang merdeka atau non budak dari perempuan berkulit hitam AS yang merdeka, dengan seorang pria kulit hitam Afrika yang pernah menjadi budak.
Tempat lahirnya kini bernama Ellicott City di negara bagian Maryland. Di kota itu dia mendapatkan dukungan pendidikan untuk mempelajari ilmu astronomi dan matematika dari keluarga kaya Ellicotts.
Banneker yang memprediksi waktu datangnya gerhana matahari dan membuat jam yang menunjukkan waktu yang tepat, menjadi salah satu pencapaian dia di ranah sains.
Andrew Ellicott pernah meminta Banneker untuk membantunya menyurvei batas-batas asli Distrik Columbia atau lebih dikenal sebagai Washington DC.
Tugas besar Banneker itu segera menarik perhatian Jefferson. Sejak saat itu, dia masuk dalam daftar ahli yang saling berkirim surat dengan Sekretaris Negara AS itu.
Baca juga: Asal Mula Minyak Goreng, Diwarnai Perbudakan hingga Jadi Komoditas Industri
Menyusun almanak dan ephemerides atau bagan informasi terkait astronomi, merupakan bagian dari kepiawaian Banneker. Almanak adalah daftar hari khusus berdasarkan topik tertentu selama setahun.
Banneker telah membuat rancangan almanak siap terbit, lalu mengirimkannya ke Jefferson.
Pada 19 Agustus 1791 itu, ia pun menulis surat protesnya untuk diselipkan dalam almanak.