KOMPAS.com - Perang Pasifik yang menjadi bagian dari Perang Dunia II (1939-1945) berakhir setelah serangan bom atom oleh Amerika Serikat terhadap dua kota penting milik Jepang.
Dilansir dari History.com, Kota Hiroshima dibom atom oleh Amerika Serikat menggunakan pesawat bomber Enola Gay pada 6 Agustus 1945, atau 77 tahun yang lalu.
Sebanyak 80.000 orang meninggal dunia seketika, dan 35.000 lainnya terluka. Hingga akhir tahun itu, setidaknya ada tambahan 60.000 orang yang meninggal dunia akibat bom atom di Hiroshima.
Sementara, Kota Nagasaki dibom tiga hari kemudian. Serangan bom itu menewaskan hampir 40.000 orang.
Beberapa hari kemudian, Jepang menyatakan menyerah pada Sekutu. Ratusan ribu warga sipil dikorbankan untuk menghentikan perang.
Baca juga: 28 Juli 1914: Austria-Hongaria Deklarasi Perang pada Serbia, Awali Perang Dunia I
Tidak hanya untuk mengalahkan Jepang, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki itu digunakan Amerika Serikat untuk memberi peringatan kepada Uni Soviet.
Amerika Serikat curiga Uni Soviet berusaha menyebar kekuasaan dan pengaruh ideologi komunisnya ke Eropa dan negara-negara lain. Militer Uni Soviet setelah Perang Dunia II berakhir juga masih bercokol di Jerman.
Peperangan fisik antara Blok Barat yang berisi AS dan sekutunya, serta Blok Timur yang didominasi Uni Soviet, memang tidak terjadi.
Namun, berlangsung Perang Dingin dengan persaingan persenjataan, ilmu pengetahuan, dan pengaruh politik antara kedua belah pihak.
Meski tanpa peperangan fisik, namun ancaman terbesar Perang Dingin adalah persaingan AS dan Uni Soviet dalam persenjataan nuklir.
Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom pun, kemudian dianggap juga sebagai permulaan masa Perang Dingin, hingga bubarnya Uni Soviet pada Desember 1991.
Baca juga: 22 Juli 1987: Negosiasi Alot AS-Uni Soviet Capai Kesepakatan Pengendalian Senjata Nuklir