KOMPAS.com - Seorang pria asal Inggris mengeklaim bahwa konflik bersenjata yang terjadi di Ukraina saat ini adalah rekayasa belaka.
Untuk membuktikan klaim tersebut, ia melakukan perjalanan dari Inggris menuju Ukraina dan merekamnya dalam sebuah video berdurasi total 15 menit.
Video itu ia pecah menjadi beberapa bagian, dan dibagikan dalam sebuah utas di media sosial Twitter melalui akun @LezLuthor.
The city of Kyiv is now a Movie set…
Come experience the illusion of war as we walk though the Hollywood set know as Kyiv.
PROPS such as abandoned cars, blockades and checkpoints are placed around the city by the visual effects team for a fully immersive 4D experience. pic.twitter.com/WCv9chcEle
— Lez LuTHOR (@LezLuthor) March 8, 2022
Dalam utasnya, pria itu mengunggah video yang memperlihatkan situasi ibu kota Kyiv, Ukraina yang tampak lengang dan jauh dari kesan sedang mengalami perang.
Baca juga: [Kabar Data] Sebulan Invasi Rusia, 977 Warga Sipil Ukraina Kehilangan Nyawa
Video dan utas dari akun Twitter tersebut kemudian dibagikan ulang di media sosial Facebook oleh akun ini, ini, ini, ini, ini, dan ini.
Berikut narasi yang dibagikan:
Kota Kyiv sekarang menjadi set Film ...
Ayo alami ilusi perang saat kita berjalan melalui set Hollywood yang dikenal sebagai Kyiv.
PROPS seperti mobil yang ditinggalkan, blokade, dan pos pemeriksaan ditempatkan di sekitar kota oleh tim efek visual untuk pengalaman 4D yang sepenuhnya imersif.
Dalam video tersebut, pria itu mengatakan ia tiba di Kyiv pada 4 Maret 2022 atau delapan hari setelah pasukan Rusia meluncurkan serangan rudal dan artileri ke Ukraina.
Baca juga: Rusia Blokir Google News karena Informasinya Dituding Tidak Autentik
Sebagian besar rekaman yang dibagikan memperlihatkan pria itu berjalan melalui jalan-jalan Kyiv yang tampak tenang.
Pria itu mengeklaim, ketika dia merekam video itu pada 6 Maret 2022, tidak ada pertempuran sengit di ibu kota seperti yang dilaporkan oleh banyak media.
Menurut dia, ini adalah bukti bahwa Kyiv sebenarnya adalah “set film” yang telah dirancang untuk menciptakan "ilusi perang".