KOMPAS.com - Sebaran hoaks masih beredar sepanjang pekan ini. Mulai dari hoaks seputar kesehatan, logo halal terbaru, hingga narasi tentang penculikan dan penyelundupan anak ke Thailand.
Hoaks yang berkaitan dengan Rusia dan Ukraina juga masih disebarkan, di tengah konflik yang tak kunjung usai antara dua negara tersebut.
Berikut ringkasan penelusuran fakta, dari berbagai informasi keliru yang beredar di media sosial sepanjang pekan ini:
Tersiar narasi di media sosial yang menyebutkan bahwa rebusan air kelapa muda atau kelapa hijau dapat menyembuhkan batu ginjal.
Narasi itu dibantah oleh okter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi dr Tunggul Situmorang, Sp. PD-KGH dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Pihaknya menjelaskan, belum pernah ada penelitian yang menjelaskan apakah air kelapa hijau berkhasiat menyembuhkan batu ginjal.
"Terkait khasiat air kelapa hijau tidak bisa kasih komentar karena belum pernah saya baca ada penelitian tentang itu," kata Tunggul.
Menurutnya sebuah metode pengobatan batu ginjal harus terbukti atau evidence based medicine (EBM), dan tidak dapat dibenarkan atas dasar testimoni semata.
"Hal batu ginjal sangat jelas dalam ilmu kedokteran mulai dari penyebabnya, jenis-jenisnya, proses terjadinya, pengobatannya, dan pencegahannya yang sudah berbasis EBM," kata dia.
Penjelasan selengkapnya dapat dilihat di sini.
Dosis berlebihan atau megadosis vitamin C diklaim sebagai zat teraman untuk penyembuhan dan tidak berbahaya. Narasi itu mengaitkan bahaya vitamin C dengan teori konspirasi "Big Pharma".
Ahli gizi dr Tan Shot Yen menjelaskan bahwa megadosis suplemen vitamin C tetap memiliki dampak bagi kesehatan, meski tidak serius.
Konsumsi vitamin C tidak bisa digunakan untuk penyembuhan sembarang penyakit. Nutrien seperti mineral dan vitamin selaku pangan fungsional, menurut Tan, tidak bisa menggantikan fungsi obat, karena tujuan dan cara kerjanya beda.
"Menjadi kacau jika vitamin C lalu dianggap menggantikan pengobatan dan dijadikan jurus sapu jagad yang diterapkan pada semua kondisi sakit. Apalagi kalau orangnya masih sehat-sehat saja," ujar Tan, dikutip dari Kompas.com, Kamis (17/3/2022).