KOMPAS.com - Pernahkan mendapati pemberitahuan dari Facebook pada sebuah konten yang bertuliskan seperti ini: "Informasi Palsu. Diperiksa oleh pemeriksa fakta independen".
Kemudian jika klik "Lihat Alasannya", maka akan tertera tautan pemeriksa fakta.
Tenang, ini bukanlah agenda elite global. Ini hanya salah satu tanda bahwa ada informasi keliru dari konten tersebut.
Sebagai salah satu layanan media sosial terbesar, Facebook berupaya mengurangi misinformasi dan disinformasi di platformnya.
Baca juga: Cek Fakta Sepekan: Hoaks Kopi Sembuhkan Covid-19 hingga Odol untuk Jerawat
Melansir laman Facebook, pihaknya bekerja sama dengan organisasi pemeriksa fakta pihak ketiga independen yang disertifikasi melalui International Fact-Checking Network (IFCN).
Organisasi non-partisan tersebut dibentuk untuk mengidentifikasi, meninjau, dan mengambil tindakan terhadap sebaran hoaks.
Sasarannya adalah mengidentifikasi dan menangani misinformasi yang viral di ranah digital, yang tidak didasari fakta.
Tanda yang muncul pada konten yang mengandung informasi keliru itu berarti sudah melalui pemeriksaan fakta. Tautan yang direkomendasikan oleh pemeriksa fakta memuat alasan-alasannya.
Adapun kerja pemeriksaan fakta ini diprioritaskan untuk konten yang berindikasi membahayakan, merugikan, atau menggiring publik pada kekeliruan yang fatal.
Baca juga: Joe Rogan Picu Kontroversi, Spotify Dituntut Tindak Tegas Misinformasi di Podcast
Facebook juga bekerja sama dengan beberapa komunitas independen untuk menjaring konten-konten yang dianggap mencurigakan.
Laporan dari komunitas ini, diiringi prosedur pemantauan indikasi konten membahayakan. Kemudian, mereka mengirim rekomendasi kepada para pemeriksa fakta.
Jika organisasi pemeriksa fakta mengidentifikasi dan menemukan adanya kekeliruan informasi, maka konten akan ditandai.
Ketika masyarakat mendapati pemberitahuan pemeriksaan fakta pada suatu konten, setidaknya bisa membuat mereka mempertimbangkan untuk tidak mengklik, mempercayai, bahkan menyebarkannya.
Metode ini juga memberi para pengguna terhadap akses sumber informasi berdasarkan fakta serta perspektif tentang topik yang mereka baca.