Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial Facebook yang mengeklaim bahwa varian Omicron bukan virus corona, melainkan akibat dari keracunan chemtrail yang disebar di udara.
Menurut informasi tersebut, belakangan ini pesawat terbang sering lalu-lalang untuk menyebarkan chemtrail atau bahan kimia berbahaya untuk meracuni masyarakat.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, klaim tersebut keliru.
Informasi yang mengeklaim varian Omicron bukan virus melainkan efek keracunan chemtrail dibagikan di Facebook oleh akun ini, ini, ini, ini, dan ini.
Berikut narasi yang dibagikan:
WASPADA!!
Akhir-akhir ini pesawat chemtrail sgt aktif di udara.
Gejala keracunan chemtrail :
Demam, badan linu, batuk, flu, diare, badan gatal-gatal, dll.
Jika anda sampai keracunan jangan minum obat paracetamol.
Sedia selalu norit, VCO, cuka apel, jeruk lemon, Himalayan salt, minum air Kelapa ijo.
Jadi paham ya apa yg dimaksud Omicron itu bkn lah virus, tapi sebab akibat dr keracunan chemtrail yg di sebar di udara.
Klaim penyebaran racun chemtrail di udara menggunakan pesawat terbang adalah informasi keliru yang telah dibantah oleh pakar di bidang penerbangan.
Menurut Harvard University, chemtrail adalah teori konspirasi yang meyakini bahwa pemerintah atau pihak lain terlibat dalam program rahasia untuk menyebarkan bahan kimia beracun ke atmosfer menggunakan pesawat terbang.
Para penganut teori konspirasi ini menyebutkan bahwa keberadaan chemtrail dapat dibuktikan dengan adanya jejak putih di langit yang muncul usai pesawat terbang melintas.
Mereka meyakini bahwa jejak putih itu mengandung bahan kimia beracun yang digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti pengendalian populasi manusia, pengendalian pikiran, atau menyebarkan penyakit.
Namun, pakar penerbangan menjelaskan bahwa kemunculan jejak putih di langit setelah pesawat terbang melintas adalah fenomena biasa yang disebut condensation trail.
Kepala Dinas Penerbangan TNI Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah mengatakan, jejak atau asap putih seperti awan yang terlihat di langit setelah pesawat terbang melintas adalah hal yang biasa.
Ia mengatakan, fenomena jejak putih itu dikenal dengan jejak kondensasi pesawat terbang atau disebut dengan condensation trail yang disingkat contrail.
"Ini merupakan hasil dari pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Ada juga yang menyebutnya dengan vapor trails tapi jika bentuknya mulai berpendar atau melebar seperti awan biasa juga disebut dengan aviaticus cloud," ujar Indan, seperti diberitakan Kompas.com, 14 Juli 2021.