KOMPAS.com - Olimpian dari cabang olahraga angkat besi, Hadi Wihardja, buka suara terkait isu tim Thomas Cup yang belum menerima bonus dari pemerintah.
Isu ini menjadi pembicaraan publik di media sosial setelah salah satu tunggal putra Indonesia di tim Piala Thomas, Jonatan Christie, memberikan isyarat sedang menanti bonus dari pemerintah di Instagram Story (IG Story).
Unggahan itu dibagikan Jonathan Christie bersamaan dengan kehadiran Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di sela-sela penyelenggaran Indonesia Badminton Festival di Nusa Dua, Bali.
Melihat kondisi tersebut, mantan atlet angkat besi Indonesia, Hadi Wihardja, mengungkapkan bahwa tidak seharusnya seorang atlet menuntut bonus.
"Sebaiknya, seorang atlet itu memang tidak harus menuntut bonus, meski dirinya mampu berprestasi di level internasional," ucap mantan atlet angkat besi yang tampil di Olimpiade Musim Panas 1984.
"Kalau melihat 19 tahunnya, memang agak wajar, tapi pemerintah pasti telah memperhitungkan itu,” kata dia.
Baca juga: Menpora Zainudin Amali Tinjau Penerapan Prokes di Indonesia Badminton Festival
“Lebih baik fokus saja ukir prestasi terus, pasti yang lainnya akan mengikuti, baik itu penghargaan berupa bonus uang, rumah atau lainnya, jangan di balik, bonus saya mana,"
Pria yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) itu juga mengatakan bahwa pemerintah pasti akan hadir untuk memberikan apresiasi kepada atlet berprestasi,
"Prinsipnya adalah atlet fokus berlatih dengan target juara. Jika dia punya prestasi tinggi, fasilitas berupa bonus dan lainnya pasti akan mengikuti, jangan dibalik," kata dia.
Baca juga: Hasil Drawing Kejuaraan Dunia Badminton 2021, 6 Wakil Indonesia Dapat Bye
Menurut Hadi Wihardja, ada etika kurang baik saat seorang atlet yang membela negara, berbicara mengenai bonus, apalagi dengan istilah menagih atas pencapainnya tersebut.
Kata dia, bonus adalah kebaikan pemerintah, tetapi semestinya tidak menjadi kewajiban untuk diberikan kepada atlet.
Jika merunut pada Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga RI Nomor 1684 Tahun 2015 tentang persyaratan pemberian penghargaan olahraga kepada olahragawan, pembina olahraga, tenaga keolahragaan dan organisasi olahraga, tidak tertera secara spesifik terkait pemberian bonus untuk ajang seperti Thomas Cup.
Namun, Piala Thomas bisa saja diinterpretasikan sebagai kejuaraan level dunia, karena digelar oleh Federasi Dunia yang memperebutkan Piala, bukan uang.
Baca juga: Verawaty Fajrin, Juara Dunia Badminton Putri Pertama dari Indonesia
Dalam peraturan itu, pemberian bonus hanya diperuntukkan bagi peraih medali emas, perak, atau perunggu pada pekan olahraga Olimpiade, Asian Games atau SEA Games, Paralimpyc Games, Asian Para Games atau ASEAN Para Games, Special Olympics World Games atau Special Olympics Asia Pacific Games, Islamic Solidarity Games atau Asian Beach Games, serta Kejuaraan Dunia resmi atau Kejuaraan Asia resmi single event untuk cabang olahraga Olimpiade.
Karena hal tersebut, Menpora Zainudin Amali berencana memperjelas aturan soal bonus atlet di single event.