KOMPAS.com - Legenda ganda putra Indonesia, Rexy Mainaky, mengungkapkan tantangan terbesar seorang atlet saat bertanding di Olimpiade.
Olimpiade Tokyo 2020 yang sempat ditunda selama satu tahun akibat Covid-19 akan segera bergulir pada 23 Juli-8 Agustus 2021.
Sebanyak 11 atlet bulu tangkis Indonesia yang terdiri dari lima nomor yang dipertandingkan dipastikan akan unjuk gigi di pesta multicabang terakbar di dunia tersebut.
Mereka adalah Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Gregoria Mariska Tunjung, Marcus Fernaldi Gideon, Kevin Sanjaya Sukamuljo, Mohammad Ahsan, Hendra Setiawan, Greysia Polii, Apriyani Rahayu, Praveen Jordan, dan Melati Daeva Oktavianti.
Menjelang Olimpiade Tokyo, Rexy Mainaky yang merupakan peraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996 itu pun mengingatkan junior-juniornya untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Baca juga: EKSKLUSIF Rexy Mainaky - Kalau Dengar Juara Olimpiade, Reaksi Orang Berbeda...
Pasalnya, atmosfer di Olimpiade jelas berbeda dengan turnamen yang biasa dilakoni Anthony Sinisuka Ginting dkk.
Rexy Mainaky juga menekankan bahwa tantangan terbesar seorang atlet di Olimpiade bukanlah lawan dari negara lain, melainkan diri mereka sendiri.
"Ini bukan masalah teknik, skill, dia pemain nomor satu dunia, atau dia didampingi pelatih hebat. Tantangan paling besar itu bagaimana atlet mempersiapkan dirinya dalam setiap aspek, terutama mental," kata Rexy Mainaky kepada Kompas.com, Selasa (29/6/2021).
"Psikologisnya itu harus diutamakan. Kalau saya bilang, skill dan teknik itu hanya 10 persen dari persiapan, yang paling penting itu cara berpikir sang atlet," katanya.
"Hal-hal seperti itu yang menjadi tantangan terbesar tak hanya bagi atlet, tetapi juga pelatih. Bagaimana pelatih memberikan program latihan yang membuat kepercayaan diri atlet itu meningkat," ucapnya.
Baca juga: EKSKLUSIF Susy Susanti - Di Balik Emas Olimpiade, Tantangan Besar hingga Hapus Tegang
"Bagaimana cara mengatasi tantangan itu? Pelatih dan pemain harus memiliki kreativitas masing-masing agar bisa menjalani latihan dengan tidak stres dan merasa tertekan," ujar Rexy.
Bukan tanpa alasan Rexy mengungkapkan pernyataan tersebut. Hal itulah yang juga dilakukan Rexy Mainaky dan tandemnya, Ricky Subagja, ketika mempersiapkan diri menjelang Olimpiade Atlanta 1996.
Rexy mengungkapkan pelatihnya saat itu, Christian Hadinata, lebih sering mempersiapkannya dalam hal nonteknis sehingga dia dan Ricky tak merasa terbebani meski diandalkan sebagai pemain yang bisa merah medali emas.
"Sebenarnya persiapan khusus itu tidak ada. Step pertama sudah kami lalui untuk lolos ke Olimpiade. Lalu, step kedua bagaimana kami mempersiapkan diri menuju Olimpiade," kata Rexy.
Baca juga: EKSKLUSIF Alan Budikusuma – Kisah Emas Olimpiade 1992, Tegang Buka Gerbang, Menang!
"Di fase tersebut, kami jangan terlalu bermuluk-muluk. Christian Hadinata mempersiapkan kami dalam hal-hal nonteknis. Dari yang tadinya kami hanya berpartisipasi di Olimpiade 1992 hingga menjadi atlet yang berpotensi mendapat medali emas," ucapnya.
"Christian tidak mau membuat kami merasa terbebani dalam persiapan karena dia takut kali kami terlalu fokus justru bisa menjadi stres. Kadang-kadang kita melihat ada atlet yang fokus sekali latihan, tetapi belum tentu juga seperti itu. Bisa jadi dia stres. Kalau stres, bisa cedera."
"Jadi, Christian mempersiapkan agar kami bisa menikmati latihan. Saya dan Ricky sebagai atlet pun menjalani latihan dengan suatu tujuan yang ingin kami raih," tutur Rexy Mainaky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.