Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian HIV Baru di Belanda, Benarkah Lebih Menular dan Sulit Sembuh?

Kompas.com - 06/02/2022, 18:22 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.com - Varian HIV baru yang dinamai varian VB, terdeteksi oleh para peneliti di Belanda dan disebut-sebut sebagai sangat mematikan. 

Jurnal Science menyebutkan, para peneliti melakukan analisis terhadap lebih dari 100 pasien HIV.

Dikutip dari Anadolu Agency, Sabtu (5/2/2022), studi tersebut merupakan gabungan Big Data Institute (BID) Universitas Oxford dan Yayasan Pemantau HIV Belanda.

Baca juga: Varian HIV Baru Ditemukan di Eropa, Seperti Apa?

Dalam analisis disebutkan bahwa orang-orang yang terinfeksi varian VB memiliki jumlah virus HIV antara 3,5 sampai 5,5 kali lebih tinggi di dalam darah mereka.

Artinya, kondisi itu membuat mereka lebih memungkinkan menularkan virus.

Hal itu membuat orang-orang yang terinfeksi berpotensi dapat menyebarkan AIDS jauh lebih cepat dibanding orang-orang yang terinfeksi varian HIV lainnya.

Varian VB juga tampaknya menyebabkan penurunan sel imun.

Baca juga: Obat Kanker Berpotensi untuk Mengobati HIV, Studi Jelaskan

Dapat disembuhkan

Meski demikian, jurnal itu menegaskan bahwa varian baru VB dapat dilawan dengan pengobatan seperti HIV biasa.

Tak hanya itu, varian baru VB dapat diketahui melalui tes diagnostik yang sama dengan yang digunakan untuk varian HIV lain.

Varian baru VB terdeteksi melalui proyek bernama Beehive, yang bertujuan untuk memeriksa hubungan antara genetik HIV dan tingkat keparahan penyakit.

Akan tetapi studi itu mencatatkan bahwa hanya ada 109 orang yang diketahui sebagai pembawa VB, 107 di antaranya berada di Belanda.

Baca juga: Varian HIV Baru yang Sangat Mematikan Terdeteksi di Belanda

Kemungkinan jumlah orang yang terinfeksi bertambah.

Analisis genetik menunjukkan bahwa varian yang sudah beredar sejak akhir 1980-an itu, mulai muncul di Belanda pada1990-an.

Pada 2000-an diperkirakan varian tersebut telah melampau varian HIV lain dalam jumlah infeksi, meski terjadi penurunan setelah 2008, seperti yang tertulis di jurnal tersebut.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Irawan Sapto Adhi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com