Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Eki Baihaki
Dosen

Doktor Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad); Dosen Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas). Ketua Citarum Institute; Pengurus ICMI Orwil Jawa Barat, Perhumas Bandung, ISKI Jabar, dan Aspikom Jabar.

Sepak Bola dan Nasionalisme Kita

Kompas.com - 03/05/2024, 10:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Manifestasi dari nasionalisme dalam olahraga adalah sesuatu yang harus dijaga, sebagai wujud nyata dari kebanggan atas negara, Tanah Air, menyatunya rasa dan raga manusia dengan tanah dan air yang didiami dan melekat sebagai identitas dirinya yang harus dibanggakan.

Soekarno saat peringatan Lustrum ke-7 PSSI di Istana Negara 1965, mengatakan sepak bola berperan sebagai “samenbundeling van alle krachten van de natie” dan ungkapan lainnya “Sports has something to do with politics! Indonesia proposes now to mix sports with politics.”

Begitulah antitesis Soekarno menanggapi pernyataan Frankly, wakil dari Komite Olimpiade Internasional.

Suatu ketika Frankly pernah berujar “Sports are sports, do not mix sport with politics”.

Bagi Soekarno, itu tidak benar. Justru dengan wataknya, olahraga menjadi semacam konvergensi yang mempertemukan berbagai kepentingan, termasuk bagi politik kebangsaan.

Sepak bola telah menjadi ruh bangsa. Di dalamnya, ada dimensi praksis rasa nasionalisme yang terus digencarkan.

Sebagai alat pemersatu bangsa dan ruang untuk memperkenalkan Indonesia di mata internasional, sebagai bangsa yang memiliki daya juang dan mental pemenang.

Meski sepak bola selalu berkelindan dengan dimensi politik, baik untuk tujuan positif maupun negatif. Harus kita arahkan menjadi sarana efektif penyaluran semangat nasionalisme.

Seperti diungkap Sartono Kartidirjo bahwa prinsip nasionalisme, salah satunya, adalah artikulasi dalam bentuk prestasi yang dibutuhkan untuk menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi warga negara bangsa.

Di titik ini idealisme dan perjuangan Squad Indonesia dipertaruhkan. Jangan sampai idealisme tergantikan oleh hasrat kepentingan yang lebih sempit dalam bentuk apa pun, kecuali hanya satu; bagi menumbuh suburkan nasionalisme.

Dalam kompetisi sepak bola senantiasa ada sesuatu yang kompleks, bahkan kontradiktif. Ada pertarungan, rivalitas dan kekerasan, tetapi ada juga persahabatan.

Kompetisi seringkali berjalan keras penuh rivalitas dan ada juga persahabatan saling salam dan peluk setelahnya. Serta juga ada para suporter dengan dinamikanya sendiri.

Apresiasi besar kita berikan kepada semua pihak yang telah menjadikan Squad Merah Putih menjadi kebanggaan kita semua untuk berlaga di ajang dunia. Juga suporter yang menggelorakan semangat tinggi berkaos merah putih dan logo garuda, sebagai lambang kebanggaan.

Mereka tidak berhenti mendukung dan berdoa bagi tim kesayangannya dengan yel-yel penyemangat, pemandangan indah dan kobaran energi untuk merayakan identitas nasional.

Seribu langkah kedepan, telah dimulai oleh puluhan langkah di arena gemilang piala Asia di Qatar untuk bergerak penuh optimisme menuju Olimpiade 2024 di Paris. Semoga!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jelang Puncak Haji, Bus Shalawat Sementara Setop Layani Jemaah

Jelang Puncak Haji, Bus Shalawat Sementara Setop Layani Jemaah

Tren
Bikin Ilmuwan Bingung, Ini 13 Misteri Alam Semesta yang Belum Terpecahkan

Bikin Ilmuwan Bingung, Ini 13 Misteri Alam Semesta yang Belum Terpecahkan

Tren
Mungkinkah 'Psywar' Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Mungkinkah "Psywar" Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Tren
Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Tren
Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Tren
Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Tren
Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Tren
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Tren
Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Tren
Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Tren
Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tren
Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Tren
Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Tren
Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi 'Fraud'

Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi "Fraud"

Tren
5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com