Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sepak Bola dan Nasionalisme Kita

Namun masih ada harapan ikut berlaga di Olimpiade Paris sebagai tim ke-4 dari Asia, dengan terlebih dahulu mengalahkan Guinea, Kamis depan.

Kita semua harus tetap apresiasi, dukung dan penuh harap atas perjuangan Squad Indonesia yang tampil penuh energi, semangat dan telah mengobarkan rasa nasionalisme untuk mengharumkan nama Indonesia sejak awal berlaga di Piala Asia 2024 di Qatar.

Sepak bola tak sekadar olahraga yang merakyat dan terpopuler. MH Thamrin dan Soekarno memandang sepak bola sebagai alat perjuangan bagi kepentingan kebangsaan.

Sepak bola dapat menggerakkan ”nationalism based on mass”. Dan terbukti dapat mewujudkan nation building, kebanggan akan identitas bangsa.

Squad Indonesia era Shin Tae-Yong juga diperkuat pemain naturalisasi, yang memiliki grade A untuk mengangkat performa timnas Indonesia.

Saat ini naturalisasi menjadi bagian penting dalam memajukan sepak bola Indonesia, yang diperkuat dengan instruksi presiden Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Sepakbola Nasional.

Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke tidak henti-hentinya memanjatkan doa, mendukung, dan menaruh harap sembari melupakan sekat-sekat residu konflik dari kontestasi politik di Pemilu 2024.

Semua melebur oleh harapan yang sama, yakni prestasi sepak bola Indonesia di ajang dunia.

Sepak bola memberikan modal sosial tambahan buat bangsa ini, yakni persatuan nasional. Sepak bola telah mempersatukan bangsa.

Sepak bola sekaligus juga membangkitkan harapan bagi anak bangsa melawan rasa inferior, dan membangun mental pemenang. Mental pemenang yang saat ini diperlihatkan Timnas U-23, penting menjadi menanda era baru menjadi bangsa pemenang.

Artikel Hendaru Tri Hanggoro, ”Perjuangan MH Thamrin Lewat Sepak Bola” (2019), menegaskan bagaimana kala itu politik rasisme berkelindan di antara klub sepak bola pribumi dan sepak bola Belanda.

Melalui alat perjuangan Voetball Bond Boemipoetra (VBB), Thamrin menggelorakan sepak bola sebagai alat perjuangan kebangsaan.

Dalam ilmu sosial, masyarakat memiliki sebuah identitas. John B Thompson menulis, identitas-identitas itu butuh tempat untuk diperlihatkan dan butuh eksistensi.

Identitas kebangsaannya pun demikian, dia butuh untuk diperlihatkan. Sepak bola adalah medium yang tepat dan efektif untuk mewujudkan identitas kebangsaan.

Manifestasi dari nasionalisme dalam olahraga adalah sesuatu yang harus dijaga, sebagai wujud nyata dari kebanggan atas negara, Tanah Air, menyatunya rasa dan raga manusia dengan tanah dan air yang didiami dan melekat sebagai identitas dirinya yang harus dibanggakan.

Soekarno saat peringatan Lustrum ke-7 PSSI di Istana Negara 1965, mengatakan sepak bola berperan sebagai “samenbundeling van alle krachten van de natie” dan ungkapan lainnya “Sports has something to do with politics! Indonesia proposes now to mix sports with politics.”

Begitulah antitesis Soekarno menanggapi pernyataan Frankly, wakil dari Komite Olimpiade Internasional.

Suatu ketika Frankly pernah berujar “Sports are sports, do not mix sport with politics”.

Bagi Soekarno, itu tidak benar. Justru dengan wataknya, olahraga menjadi semacam konvergensi yang mempertemukan berbagai kepentingan, termasuk bagi politik kebangsaan.

Sepak bola telah menjadi ruh bangsa. Di dalamnya, ada dimensi praksis rasa nasionalisme yang terus digencarkan.

Sebagai alat pemersatu bangsa dan ruang untuk memperkenalkan Indonesia di mata internasional, sebagai bangsa yang memiliki daya juang dan mental pemenang.

Meski sepak bola selalu berkelindan dengan dimensi politik, baik untuk tujuan positif maupun negatif. Harus kita arahkan menjadi sarana efektif penyaluran semangat nasionalisme.

Seperti diungkap Sartono Kartidirjo bahwa prinsip nasionalisme, salah satunya, adalah artikulasi dalam bentuk prestasi yang dibutuhkan untuk menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi warga negara bangsa.

Di titik ini idealisme dan perjuangan Squad Indonesia dipertaruhkan. Jangan sampai idealisme tergantikan oleh hasrat kepentingan yang lebih sempit dalam bentuk apa pun, kecuali hanya satu; bagi menumbuh suburkan nasionalisme.

Dalam kompetisi sepak bola senantiasa ada sesuatu yang kompleks, bahkan kontradiktif. Ada pertarungan, rivalitas dan kekerasan, tetapi ada juga persahabatan.

Kompetisi seringkali berjalan keras penuh rivalitas dan ada juga persahabatan saling salam dan peluk setelahnya. Serta juga ada para suporter dengan dinamikanya sendiri.

Apresiasi besar kita berikan kepada semua pihak yang telah menjadikan Squad Merah Putih menjadi kebanggaan kita semua untuk berlaga di ajang dunia. Juga suporter yang menggelorakan semangat tinggi berkaos merah putih dan logo garuda, sebagai lambang kebanggaan.

Mereka tidak berhenti mendukung dan berdoa bagi tim kesayangannya dengan yel-yel penyemangat, pemandangan indah dan kobaran energi untuk merayakan identitas nasional.

Seribu langkah kedepan, telah dimulai oleh puluhan langkah di arena gemilang piala Asia di Qatar untuk bergerak penuh optimisme menuju Olimpiade 2024 di Paris. Semoga!

https://www.kompas.com/tren/read/2024/05/03/103757165/sepak-bola-dan-nasionalisme-kita

Terkini Lainnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke