Terpisah, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani menyebutkan, April 2024 adalah periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia.
Karena alasan itulah masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem.
Cuaca ekstrem yang dimaksud Andri meliputi hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es.
Andri menjelaskan, salah satu ciri-ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari.
Hal tersebut biasanya akan didahului dengan suhu udara hangat dan cuaca terik pada pagi hingga siang hari.
Terjadinya udara hangat dan terik disebabkan oleh radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar.
Fenomena itu memicu proses konveksi atau pengangkatan massa udara dari permukaan Bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.'
Baca juga: Warganet Sebut Suhu Kalimantan Sangat Panas, Ini Penyebabnya Menurut BMKG
Andri mengatakan, karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat.
Jika kondisi atmosfer menjadi labil atau tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) dapat meningkat.
Andri menuturkan bahwa awan CB berkaitan erat dengan potensi kilat atau petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es.
Di sisi lain, BMKG juga memperkirakan ada potensi labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di hampir sebagian besar wilayah Indonesia pada 2-3 hari ke depan.
Oleh sebab itu, Andri meminta masyarakat untuk tetap tenang meski perlu tetap waspada terhadap potensi bencana terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
"Pantau terus informasi peringatan dini cuaca melalui aplikasi infoBMKG untuk mendapatkan informasi yang lebih detail," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.