Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Ruang Semburkan Gas SO2, Apa Dampaknya bagi Manusia, Tanaman, dan Hewan?

Kompas.com - 19/04/2024, 20:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara meletus pada Selasa (16/4/2024) malam.

Erupsi Gunung Ruang mengakibatkan 828 warga di sekitarnya mengungsi. Terdapat juga risiko muntahan lahar panas, asap, aktivitas kegempaan, dan tsunami di wilayah tersebut.

Tak hanya itu, warganet melalui akun media sosial X atau Twitter @infomitigasi pada Kamis (18/4/2024) menyatakan Gunung Ruang melepaskan gas SO2 akibat erupsi.

Hal tersebut diungkapkan sambil menunjukkan gambar sebaran gas SO2 yang termonitor oleh satelit pada Kamis pukul 09.45 WIB.

"Erupsi Gunung Api RUANG tidak hanya melepaskan material berupa abu vulkanik dan batu, tetapi juga melepaskan Gas SO2 pekat yang jangkauan sebarannya cukup jauh," tulisnya.

Lalu, apa saja efek dari gas SO2 yang keluar akibat erupsi Gunung Ruang?

Baca juga: Gunung Ruang di Sulawesi Utara Meletus, Status Naik Jadi Awas


Gas SO2 di Gunung Ruang

Penyelidik Bumi Madya dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sofyan Primulyana membenarkan adanya embusan gas Sulfur Dioksida atau SO2 yang keluar dari Gunung Ruang.

Gas SO2 adalah salah satu jenis dari gas oksida sulfur. Gas ini sangat mudah larut dalam air, memiliki bau tapi tidak berwarna, dan biasanya terbentuk saat terjadi pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur.

"Dari citra satelit TROPOMI pada tanggal 18 April 2024 pukul 14.30 Wita terpantau nilai SO2 sebesar 300.000 ton dari kolom asap yang memanjang lebih dari 1000 km," ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (19/4/2024).

Sofyan menyebut, Gunung Ruang terpantau mulai mengeluarkan gas SO2 pada 17 April 2024 pukul 13.15 Wita. Saat itu, terpantau nilai SO2 sebesar 3000 ton dari kolom asap yang memanjang lebih dari 450 km.

Sementara nilai SO2 tidak terpantau satelit sebelum tanggal 17 April 2024 atau saat awal Gunung Ruang erupsi.

Menurutnya, SO2 yang tinggi terpantau pada tanggal 18 April 2024, terjadi setelah erupsi menerus yang besar pada tanggal 17 April 2024 malam hari.

"Dan ini sejalan dengan akselerasi kegempaan yang begitu cepat di tanggal 17 April 2024," tambahnya.

Baca juga: Erupsi Gunung Ruang Berpotensi Ganggu Penerbangan di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara

Dampak gas SO2

Pengamatan visual Gunung Ruang terjadi erupsi pada Rabu (17/4/2024) pukul 20.15 Wita.Dok. Badan Geologi PVMBG Pengamatan visual Gunung Ruang terjadi erupsi pada Rabu (17/4/2024) pukul 20.15 Wita.
Lebih lanjut, Sofyan mengungkapkan gas SO2 memiliki dampak negatif bagi kesehatan manusia. Ada juga risiko yang mungkin dialami tanaman dan lingkungan.

"SO2 dalam konsentrasi di atas 2 ppm sebetulnya berbau tajam dan dapat menyebabkan iritasi hidung, saluran tenggorokan, saluran pernapasan, serta dapat mengiritasi mata dan selaput lendir mata," tuturnya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Cara Daftar Program Rehab BPJS Kesehatan, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Program Rehab BPJS Kesehatan, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Media Asing Soroti Kekalahan Beruntun Indonesia Atas Irak

Media Asing Soroti Kekalahan Beruntun Indonesia Atas Irak

Tren
LINK Live Streaming Sidang Isbat Idul Adha 2024

LINK Live Streaming Sidang Isbat Idul Adha 2024

Tren
Jadi Ormas Pertama, Ini Alasan PBNU Ajukan Izin Kelola Tambang ke Pemerintah

Jadi Ormas Pertama, Ini Alasan PBNU Ajukan Izin Kelola Tambang ke Pemerintah

Tren
'Cybertyping': Munculnya Julukan 'The Nuruls' hingga 'Jamet Kuproy' di Medsos

"Cybertyping": Munculnya Julukan "The Nuruls" hingga "Jamet Kuproy" di Medsos

Tren
Kalah dari Irak, Ini 3 Skenario Indonesia Lolos ke Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026

Kalah dari Irak, Ini 3 Skenario Indonesia Lolos ke Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026

Tren
Terlihat Biru di Siang Hari, Mengapa Langit Menjadi Merah atau Oranye Saat Senja?

Terlihat Biru di Siang Hari, Mengapa Langit Menjadi Merah atau Oranye Saat Senja?

Tren
BP Tapera Akan Ikuti Arahan Menteri Basuki soal Tapera Ditunda

BP Tapera Akan Ikuti Arahan Menteri Basuki soal Tapera Ditunda

Tren
Apa Saja Cara dan Syarat Pisah KK? Berikut Penjelasan Dirjen Dukcapil

Apa Saja Cara dan Syarat Pisah KK? Berikut Penjelasan Dirjen Dukcapil

Tren
Deret Ormas Keagamaan yang Tak Akan Ajukan Izin Kelola Tambang

Deret Ormas Keagamaan yang Tak Akan Ajukan Izin Kelola Tambang

Tren
6 Layanan Masyarakat yang Wajib Pakai BPJS Kesehatan, Terbaru Pembuatan SIM

6 Layanan Masyarakat yang Wajib Pakai BPJS Kesehatan, Terbaru Pembuatan SIM

Tren
Mengapa Sebagian Masyarakat Bisa Percaya Teori Konspirasi? Ini Alasannya

Mengapa Sebagian Masyarakat Bisa Percaya Teori Konspirasi? Ini Alasannya

Tren
Darah Rendah dan Asam Lambung Disebut Punya Risiko Kematian, Dokter Ungkap Faktanya

Darah Rendah dan Asam Lambung Disebut Punya Risiko Kematian, Dokter Ungkap Faktanya

Tren
Beredar Cara Cek Kebocoran Arus dengan Kode Meteran Listrik, Ini Penjelasan PLN

Beredar Cara Cek Kebocoran Arus dengan Kode Meteran Listrik, Ini Penjelasan PLN

Tren
Flu Burung Mematikan Dapat Menular ke Kucing, Apa yang Harus Dilakukan Pemilik Hewan?

Flu Burung Mematikan Dapat Menular ke Kucing, Apa yang Harus Dilakukan Pemilik Hewan?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com