KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI) mengaku belum mendeteksi infeksi virus B mematikan yang ditemukan di Hong Kong.
Kendati demikian, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyatakan, pihaknya tetap waspada terhadap potensi penyebaran virus tersebut.
"Sampai saat ini kita belum mendeteksi adanya potensi kasus tersebut, tapi tentu tetap waspada," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/4/2024).
Kewaspadaan terutama bagi warga negara Indonesia yang memanfaatkan waktu liburan untuk mengunjungi Hong Kong maupun negara yang melaporkan kasus.
Meskipun temuan di Hong Kong merupakan yang pertama di negara tersebut, kasus virus B sebenarnya telah dilaporkan di negara lain, termasuk Amerika Serikat, Kanada, China, dan Jepang.
Baca juga: Muncul Virus B Mematikan di Hong Kong, Ini Gejala dan Penularannya
Menurut Nadia, virus B atau juga dikenal sebagai virus Herpes simiae bersifat zoonosis atau penyakit menular dari hewan ke manusia.
Penyakit akibat infeksi virus ini menular melalui gigitan atau cakaran hewan liar, seperti monyet.
"Untuk itu, hindari monyet. Jangan memberi makan dan bila ada luka akibat gigitan atau cakaran, cuci dengan air mengalir dan sabun," ucapnya.
Orang yang terkena gigitan atau cakaran hewan liar juga diimbau segera mendatangi fasilitas kesehatan untuk pencegahan.
Pasalnya, Nadia menyebut, tidak menutup kemungkinan penyakit zoonotis ini dapat terjadi di Tanah Air.
Namun, masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan lantaran penularan infeksi virus B antarmanusia masih sangat langka.
"Penularan manusia ke manusia hampir tidak terjadi, sangat kecil. Menghindari gigitan (untuk mencegah infeksi dari hewan ke manusia)," terang Nadia.
Baca juga: Jatuh Korban Jiwa, Bisakah Virus Langka Alaskapox Muncul di Indonesia?
Sebelumnya, diberitakan Aljazeera, Jumat (5/4/2024), seorang pria berusia 37 tahun dilaporkan diserang oleh monyet di Kam Shan Country Park, Hong Kong, pada akhir Februari 2024.
Sempat memiliki kesehatan baik, pria tersebut akhirnya dirawat di Rumah Sakit Yan Chai pada 21 Maret karena demam dan mengalami penurunan tingkat kesadaran.
Hingga pada Rabu (3/4/2024), Pusat Perlindungan Kesehatan Hong Kong melaporkan, spesimen cairan serebrospinal pasien dinyatakan positif virus B.