Sementara itu, dokter kandungan di RSIA Anugerah Semarang Indra Adi Susianto mengatakan, perubahan jam makan dan pola malan saat puasa dapat memiliki pengaruh yang besar terhadap siklus menstruasi, terutama terhadap hormon estrogen dan progesteron.
“Sebab, pada saat puasa, kita secara tidak langsung membatasi asupan kalori, karbohidrat, lemak, gula, garam dan air yang dapat mengakibatkan menstruasi terlewat atau tidak teratur,” ujarnya, terpisah.
“Sama halnya saat tidak puasa tetapi pola makan kita saat itu sangat tidak sehat sehingga dapat menyebabkan gangguan mood menjelang menstruasi atau PMS. Hal itu terjadi karena adanya dominasi estrogen,” sambungnya.
Indra mengungkapkan, wanita yang mengalami gangguan haid akibat obesitas, maka pola makan harus diatur dengan komposisi kadar gizi yang seimbang.
Sehingga, selain menurunkan berat badan, hal tersebut juga dapat mengurangi gejala PMS, membantu siklus menjadi lebih teratur, dan darah menstruasi tidak terlalu banyak.
“Perubahan perilaku ini terjadi akibat perubahan sekresi hormonal karena selama hari-hari puasa Ramadhan,” tutur Indra.
Ia menjelaskan, homeostasis glukosa dipertahankan melalui makanan yang dikonsumsi sebelum fajar (sebelum Matahari terbit), dan oleh penyimpanan glikogen hati terjadi perubahan selama fase luteal dari siklus menstruasi.
Baca juga: Ramai soal Pil KB untuk Melancarkan Siklus Haid pada Remaja, Ini Penjelasan Dokter
Hal tersebut juga didukung oleh penelitian tahun 2013 berjudul "Apakah puasa Ramadhan berpengaruh pada siklus menstruasi?" yang dimuat dalam National Centre for Biotechnology Information.
Hasil penelitian menemukan, sebanyak 11,3 persen, 30 persen, dan 16,3 persen peserta memiliki pola menstruasi yang tidak normal dalam tiga bulan sebelum dan selama puasa, dan tiga bulan setelah Ramadhan.
Peserta yang berpuasa lebih dari 15 hari memiliki periode menstruasi yang tidak normal dibandingkan dengan peserta yang puasa kurang dari 15 hari.
Peneliti menyimpulkan, kelainan menstruasi selama bulan Ramadhan akan mencapai puncaknya, kemudian tiga bulan setelah Ramadhan berangsur-angsur berkurang dan kembali ke kondisi normal.
Selain itu, studi tersebut juga menegaskan bahwa kelainan menstruasi seperti oligomenore, polimenorea, dan hipermenorea meningkat selama Ramadhan, terutama dalam partisipan yang puasa lebih dari 15 hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.