Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semarang Berpotensi Terjadi Hujan Lebat, Sampai Kapan Berlangsung?

Kompas.com - 14/03/2024, 16:45 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di Semarang, Jawa Tengah berpotensi dilanda hujan lebat sepanjang hari pada Maret 2024.

Hasil citra radar Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani, Semarang menunjukkan adanya nilai reflektivitas 35-60 dBz mulai pukul 07.00-24.00 WIB.

Hal ini mengindikasikan adanya awan cumulonimbus yang menyebabkan terjadinya hujan sedang hingga lebat yang didahului dan disertai angin kencang.

Durasinya bisa lama, yaitu terjadi sepanjang hari sehingga menyebabkan curah hujan tinggi di sepanjang wilayah Pantura dan sebagian Jawa Tengah bagian timur.

Lantas, sampai kapan hujan lebat sepanjang hari terjadi di Semarang, Jawa Tengah?

Baca juga: Banjir Semarang, Berikut Sejumlah Wilayah yang Tergenang dan Terdampak Longsor

Potensi hujan lebat di Semarang, Jawa Tengah

Kepala Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani, Semarang Yoga Sambodo mengatakan, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Jawa Tengah berlangsung hingga 18 Maret 2024.

Hal ini merujuk pada gangguan atmosfer yang menjadi penyebab cuaca ekstrem di wilayah Semarang, Jawa Tengah.

Menurut Yoga, fenomena atmosfer tersebut memiliki umur atau skala yang berbeda.

"Untuk siklon tropis berkisar antara 3-7 hari, jadi 2-3 hari ke depan Jawa Tengah masih berpotensi terjadi cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin kencang," kata Yoga, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/3/2024).

Namun, Yoga mengatakan bahwa wilayah yang terdampak bisa jadi akan berubah karena siklon tropis juga berubah posisinya dan sifat hujannya fluktuatif yang hilang timbul.

Baca juga: Imbas Banjir Semarang, 14 Perjalanan Kereta Api Terdampak

Penyebab potensi cuaca ekstrem di Jawa Tengah

Hasil analisis BMKG menunjukkan, gangguan atmosfer berakibat pada peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah di Jawa Tengah, yaitu:

  1. Gelombang Equatorial Rossby
  2. Gangguan atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO)
  3. Bibit Siklon Tropis 91S di Samudera Hindia dan Bibit Siklon Tropis 93P di Teluk Carpentaria sekitar Utara Australia.

"Kondisi ini yang mengakibatkan peningkatan intensitas curah hujan dan angin kencang di wilayah Jawa Tengah," kata Yoga.

Berikut penjelasan gangguan atmosfer yang terjadi:

1. Bibit Siklon Tropis 91S

Bibit Siklon Tropis 91S terpantau di Samudra Hindia bagian tenggara selatan Jawa. Selain itu, bibit Siklon Tropis 93P juga terpantau di Teluk Carpentaria bagian timur laut, Australia Utara. Adapun bibit Siklon Tropis 94S terpantau di Laut Timor selatan NTT.

Fenomena ini menyebabkan adanya daerah pertemuan angin di wilayah Jawa Tengah khususnya di sekitar wilayah Pantura.

Kondisi tersebut berakibat pada terjadinya peningkatan pembentukan awan cumulonimbus dengan potensi hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan dapat disertai dan didahului angin kencang di wilayah Jawa Tengah.

Baca juga: BMKG: Daftar Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 14-15 Maret 2024

2. Pertumbuhan awan awan konvektif (cumulonimbus)

Kelembaban udara yang cukup tinggi dan labilitas udara yang cukup labil mendukung pertumbuhan awan awan konvektif (cumulonimbus) di wilayah Pantura hingga Jawa Tengah bagian Timur.

Analisis Citra satelit himawari menunjukan adanya awan cumulonimbus mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB dengan suhu puncak awan -60 s/d -100 °C di wilayah Pantura hingga Jawa Tengah bagian Timur.

Semenatra itu, citra radar Semarang menunjukan adanya nilai reflektivitas 35-60 dBz mulai pukul 07.00-24.00 WIB. Hal ini mengindikasikan adanya awan cumulonimbus yang menyebabkan terjadinya hujan sedang hingga lebat yang didahului dan disertai angin kencang dengan durasi yang lama sekitar sepanjang hari.

Fenomena ini dapat menyebabkan curah hujan tinggi di sepanjang wilayah Pantura dan sebagian Jawa Tengah bagian timur.

3. MJO dan gelombang Rossby Ekuator

Aktifnya gelombang atmosfer Rossby Ekuator dan MJO berada di kuadran 4 yang mengakibatkan meningkatkan pembentukan awan konvektif di Jawa Tengah.

Baca juga: BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Maret 2024

Halaman:

Terkini Lainnya

Jelang Puncak Haji, Bus Shalawat Sementara Setop Layani Jemaah

Jelang Puncak Haji, Bus Shalawat Sementara Setop Layani Jemaah

Tren
Bikin Ilmuwan Bingung, Ini 13 Misteri Alam Semesta yang Belum Terpecahkan

Bikin Ilmuwan Bingung, Ini 13 Misteri Alam Semesta yang Belum Terpecahkan

Tren
Mungkinkah 'Psywar' Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Mungkinkah "Psywar" Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Tren
Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Tren
Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Tren
Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Tren
Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Tren
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Tren
Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Tren
Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Tren
Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tren
Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Tren
Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Tren
Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi 'Fraud'

Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi "Fraud"

Tren
5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com