"Ini relatif sangat mengerem kenaikan harga. Di samping itu, dengan adanya Gerakan Pangan Murah, konsumen juga dapat memeroleh harga barang yang wajar," ungkapnya.
Pihak Bapanas melalui Satuan Tugas (Satgas) Pangan juga melakukan pengawasan untuk memastikan pelaksanaan program-program tersebut berjalan dengan baik.
Namun, program yang dilakukan baru sebatas meredam kenaikan, bukan menurunkan harga beras.
Baca juga: Warganet Keluhkan Harga Beras yang Naik, Bapanas: Bukan karena Pemilu 2024
Kondisi ini terjasi lantaran harga gabah kering panen (GKP) masih tinggi, yakni sekitar Rp 7.000 per kg dan harga gabah kering giling (GKG) mencapai Rp 8.500 per kg.
Menurutnya, tingginya harga gabah disebabkan oleh jumlah produksi dari petani masih sedikit.
Selain itu, ongkos sewa lahan sawah dan biaya tenaga kerja juga meningkat. Kondisi tersebut diperparah dengan harga bibit dan pupuk yang mengalami kenaikan.
"Petani kita, di Grobogan kemarin, kena hujan dan banjir. Ini kan produksi mereka terganggu. Dengan kondisi seperti itu, berdampak pada harga di tingkat petani," lanjutnya.
Baca juga: Dikeluhkan Naik, Berapa Harga Beras Sekarang di Seluruh Wilayah Indonesia?
Untuk itu, Bapanas memasang target harga beras dapat turun sekitar dua minggu lagi atau tepatnya pada awal Maret 2024.
"Mudah-mudahan di bulan Maret ada produksi beras surplus. Kita berharap berangsur-angsur turun harga GKP-nya, sehingga otomatis harga beras turun," ungkapnya.
Dia menjelaskan, penurunan harga ini dapat dicapai karena produksi beras pada Maret akan bertambah, serta adanya penyaluran beras dari Perum Bulog disalurkan ke pasar modern dan tradisional.
Namun, Ketut mengimbau, pemerintah dan pelaku usaha perlu mengendalikan stok beras agar harganya tidak turun drastis bulan depan.
Hal ini perlu dilakukan agar petani tetap mau menanam padi.
Dia juga memastikan, pasokan beras di wilayah Indonesia akan mencukupi kebutuhan masyarakat jelang lebaran, usai lebaran, dan akhir tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.