Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembelian Alutsista Bekas Disebut Kebutuhan Tidak Produktif, Benarkah Demikian?

Kompas.com - 09/01/2024, 07:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

Alutsista bekas sebagai langkah transisi

Sayangnya, Khairul menyebutkan, kenaikan anggaran 2023 juga ternyata belum cukup untuk mengakomodasi rencana-rencana belanja alutsista baru dalam rangka akselerasi capaian MEF.

Oleh karena itu, pada pertengahan 2023, disusunlah rencana akuisisi pesawat Mirage 2000-5 bekas dari Qatar sebagai kebijakan transisi untuk mengatasi kesenjangan.

"Nah, sejak 2020 dirasakan kesenjangan itu makin besar," tutur Khairul.

Sementara itu, rencana akuisisi Sukhoi yang sempat dicanangkan Kemenhan pun tidak dapat dilanjutkan karena alasan politik.

Kelanjutan proyek Boramae juga belum mendapat lampu hijau dari Kementerian Keuangan dan Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional).

Baca juga: Melihat Gagasan Anies, Prabowo, dan Ganjar soal Keamanan Siber di Indonesia...

Setelah mempertimbangkan sejumlah opsi, Kemenhan kemudian memutuskan untuk mendatangkan pesawat bekas dari Qatar.

Kebetulan, lanjutnya, Mirage 2000-5 menjadi satu-satunya pesawat yang siap dan lebih sederhana untuk dinegosiasikan sebagai langkah transisi.

"Sayangnya, langkah transisi itu pun kabar terakhirnya ternyata belum bisa dilanjutkan. Alasannya masih sama, keterbatasan anggaran," papar Khairul.

Lantaran harus memilih prioritas di tengah keterbatasan, Khairul mengatakan, pilihan terbaik dan realistis untuk Kemenhan saat ini adalah melanjutkan akuisisi pesawat baru.

"Dan sebagai langkah transisinya, melakukan retrofit (penambahan teknologi atau fitur baru) pesawat yang sudah ada," tambahnya.

Baca juga: Beda Sikap Anies, Ganjar, Prabowo soal Palestina di Debat Ketiga Pilpres 2024

Alutsista baru butuh waktu lebih lama

Khairul menerangkan, alutsista baru maupun bekas memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.

Salah satunya, semua produksi alutsista baru bersifat made by order atau melalui sistem penjualan pesan.

Oleh karena itu, pembelian alutsista baru pasti membutuhkan waktu lebih lama daripada barang-barang bekas pakai.

"Jadi barang tidak ready. Kalau ada pesanan baru dikerjakan," kata Khairul.

Di sisi lain, meski tidak selama alat sistem pertahanan baru, pembelian alutsista bekas masih membutuhkan waktu sebelum akhirnya dikirim ke negara pemesan.

"Kan ada tahapan juga untuk memastikan kondisinya sesuai dengan apa yang disepakati dalam kontrak pembelian, tapi pasti lebih cepat dari alutsista baru," tuturnya.

Baca juga: Ditanya soal Kinerja Kemenhan di Bawah Prabowo, Ganjar Beri Nilai 5, Anies 11 dari 100

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com