"Magnitudonya (gempa kemarin) tidak lebih tinggi daripada gempa 2011 (menyebabkan tsunami 40 meter). Kalau 2011, magnitudonya 9. Sekarang 7,5 kan," lanjut dia.
Menurut dia, gempa yang kemarin melanda Jepang ini membuat lempengan Bumi naik ke atas permukaan laut secara vertikal.
Beberapa pulau, kata dia, bahkan terangkat sampai satu meter. Kondisi ini membuat kolom air laut menjadi terangkat dan menghasilkan tsunami.
Irwan juga membenarkan lempengan Bumi di Jepang memang cenderung bergerak atau patah ketika terjadi gempa sehingga menyebabkan tsunami.
Kondisi tersebut, kata dia, dapat juga terjadi di Indonesia.
Baca juga: Gempa Jepang M 7,6 Picu Retakan dan Kebakaran, 36.000 Rumah Alami Pemadaman Listrik
Di sisi lain, Irwan menyatakan gempa yang melanda Indonesia memang berpotensi diikuti dengan tsunami seperti kondisi di Jepang.
"Bisa berpotensi tsunami apabila lokasinya berada di laut, mekanisme sesar naik, dan magnitudonya cukup besar," tambah dia.
Namun, gempa di Indonesia jarang memicu tsunami seperti Jepang karena tidak memenuhi ketiga kondisi tersebut.
Dia menjelaskan, Jepang sebenarnya juga sering mengalami gempa bumi yang berpusat di laut sehingga tidak selalu memunculkan peringatan tsunami.
"Dampak (gempa di laut dan darat) sama saja," lanjutnya.
Irwan menambahkan, gempa yang di daratan sebenarnya lebih berdampak besar karena mudah merusak bangunan di sekitarnya.
Sementara gempa di laut cenderung kurang merusak. Hanya saja, ada potensi tsunami yang ditimbulkan saat gempa berpusat di laut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.